Indonesiainside.id, Papua– Universitas Muhammadiyah (UM) Papua yang baru diresmikan pada Jumat 23 Oktober 2020 lalu, berkomitmen menjaga identitas inklusif Muhammadiyah. Hal ini dibuktikan dengan jumlah mayoritas mahasiswanya adalah warga asli Papua dan non-Muslim.
“Mahasiswa kami hampir 90 persen merupakan putra asli Papua sehingga ini merupakan hal yang patut dibanggakan dalam pluralisme yang ada,” ungkap Wakil Rektor (Warek) I Bidang Akademik UM Papua, Indah Sulistiani, Senin (4/5).
Mahasiswa angkatan pertama UM Papua berada di kisaran lebih dari 300 orang. Meskipun mengakomodasi mayoritas warga non-muslim, UM Papua percaya tidak ada kendala berarti sebab UM lain yang berada di Sorong, Papua Barat juga dipergunakan oleh mayoritas masyarakat setempat yang non-muslim.
Hal ini diakusi Ermelinda A Hale, biarawati yang lulus dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong pada Desember 2020 lalu.“Saya merasa senang dan bersyukur karena di dalam perkuliahan ini kami saling mendukung, membantu,” katanya.
Oleh karena itu, UM Papua pun menurut Warek I Bidang Akademik Indah Sulistiani akan berfokus pada tercapainya kualitas akademik dan penyaluran potensi mahasiswanya.Proses pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang lebih berkualitas, juga aktivitas kemahasiswaan terus didukung oleh universitas kepada para mahasiswa.
“Selain itu, kami juga turut menyesuaikan kurikulum dengan program pemerintah sehingga meningkatkan kualitas pendidikan,” katanya.
Tak hanya bidang akademik, UM Papua juga berusaha mengakomodasi dan mengembangkan kearifan lokal agar kekuatan budaya setempat tetap lestari. “Kaitannya dengan kearifan lokal yang ada di Papua, hal tersebut menjadi salah satu faktor budaya yang dipertahankan,” ujarnya dikutip laman resmi Muhammadiyah.
Berada di Jayapura, UM Papua membuka tujuh prodi Program Studi (prodi) jenjang Strata 1 (S1) dan D3 dengan kuota masing-masing prodi sebanyak 50 mahasiswa. Ketujuh prodi itu adalah Psikologi, Kewirausahaan, Komunikasi, Hukum, Komputer, Lingkungan, dan D3 kehumasan. (NE)