Indonesiainside.id, Medan – Kompak! Itulah yang terjadi antara Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi dan politisi Partai Demokrat Syahrial Nasution. Meski persoalannya berbeda, namun keduanya punya “musuh” yang sama: Bobby Nasution!
Keduanya pun kompak menyerang Wali Kota Medan yang juga menantu Presiden Joko Widodo itu. Untung ada tokoh Sumut yang siap pasang badan, Suhendra Hadikuntono.
Edy Rahmayadi marah saat ditagih Bobby soal utang Dana Bagi Hasil (DBH) 2021, Januari-Mei yang mencapai Rp407 miliar.
“Makanya, kalau yang seperti itu baiknya tidak pakai wartawan. Kalau pakai wartawan jadi salah pengertian dia,” ucap mantan Pangkostrad tersebut, Jumat (25/6) lalu.
Adapun Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Syahrial Nasution minta Presiden Jokowi membina menantunya itu karena Bobby sempat “ngotot” mau menyelenggarakan sekolah tatap muka di tengah pandemi COVID-19.
“Coba Pak Presiden @jokowi tolong dikoreksi dan dibina Wali Kota Medan yang ngotot akan melaksanakan sekolah tatap muka,” tulis Syahrial Nasution di akun Twitter-nya, @syahrial_nst, Sabtu (26/6) kemarin.
Suhendra mengaku siap pasang badan untuk Bobby. Alasannya? “Bukan karena Mas Bobby anak menantu Presiden. Saya merasa ada yang kurang pas dan cenderung memojokkan satu pihak,” kata Suhendra Hadikuntono di Jakarta, Minggu (27/6).
Sebagaimana orang yang punya utang pada umumnya, yang lebih galak jika ditagih daripada yang menagih, alias terbalik. Respons Edy ketika utang Pemerintah Provinsi Sumut terhadap Kota Medan sebesar Rp407 miliar ditagih pun demikian. Mestinya proporsional dan tidak emosional, apalagi diluapkan di depan publik.
“Sebagai pejabat publik, mestinya Gubernur proporsional dan profesional, tidak emosional. Apalagi ini ‘kan era supremasi sipil. Kan lebih elok jika bertempur gagasan untuk membangun daerah,” kata Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara ini.
Begitupun untuk politisi Partai Demokrat Syahrial Nasution. Menurut Suhendra, tak perlu Syahrial membawa-bawa nama Presiden Jokowi. “Apalagi sampai minta untuk membina segala. Itu terlalu personal, tidak profesional,” cetusnya.
“Saya lihat Mas Bobby justru profesional, sangat paham tata aturan dan sangat detail menangani dinamika persoalan di Kota Medan. Lebaran pun dia tetap masuk kantor. Coba kepala daerah mana yang begitu? Bahkan implementasi budaya sangat dikuasai Mas Bobby. Semangatnya keras sebagai orang Batak, budi pekertinya lembut seperti.orang Jawa yang memamg mayoritas di Medan,” imbuhnya.
Suhendra menyarankan agar para politisi dan pejabat publik mengedepankan intelektualitas dan jiwa kenegarawanan. “Bukan atas pesanan kelompok dan bersifat personal pula,” tandas Suhendra yang juga dikenal sebagai pengamat intelijen ini. (Red)