Indonesiainside.id, Jakarta – Sebanyak 19 calon pekerja migran nyaris lolos ke Singapura. Namun, petugas Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) segera mengamankan para pekerja yang akan dikirim melalui Batam.
Kepala BP2MI Benny Rhamdani mengatakan, calon pekerja migran akan kabur ke Singapura dengan menggunakan “calling visa” di tengah larangan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Di sana, mereka akan bekerja sebagai pembantu atau penata rumah tangga.
“Namun kami berhasil mengamankan mereka terlebih dahulu,” kata Benny Rhamdani di kantor BP2MI, Jakarta, Sabtu malam (14/8).
Benny menjelaskan bahwa pengungkapan tersebut berawal dari laporan adanya calon pekerja migran yang akan menyeberang di Batam. Dari laporan yang didapat, pihaknya menemukan sebuah penampungan yang di dalamnya terdapat 19 orang calon pekerja migran yang kebanyakan berasal dari Jawa Timur.
“Ternyata, semua dokumen dan paspor mereka juga sudah ditahan. Semua ditahan untuk dijadikan alat sandera agar mereka tunduk,” ujar Benny Rhamdani.
Benny Rhamdani menambahkan bahwa calon para pekerja migran tersebut sudah berada di penampungan selama 10 hari sebelum diberangkatkan ke Singapura.
Diketahui calon pekerja migran tersebut diberangkatkan oleh dua perusahaan yaitu PT Tanjung Lestari dan PT Amanah Putra Pratama dengan menggunakan “calling visa” ketika upaya pengiriman TKI ke luar negeri saat ini dihentikan.
“Kami menilai ada oknum petugas yang terlibat. Kalau ‘calling visa’ yang bisa dikeluarkan pastinya petugas imigrasi terlibat. Apalagi izin khusus itu hanya diberikan ke beberapa negara saja dengan misi kemanusiaan,” ujar Benny Rhamdani.
Dia mengatakan bahwa para pekerja migran tersebut ketika sampai di negara Singapura akan ditampung oleh tiga agency, Loving Helper, Agency Human Recencis, Basehum Emploement Agency.
Atas temuan itu, lanjut Benny, pihaknya akan meminta kepada KBRI untuk menunda semua bentuk pelayanan di tiga agency tersebut. Pasalnya, dari temuan itu pihaknya menduga terlibat dalam penempatan ilegal dan ini bentuk kejahatan yang terus menerus terjadi dilakukan oleh sindikat.
“Apa yang kita lakukan sebagai bentuk negara melakukan perlawanan dan perang total pada upaya-upaya memperjualbelikan, memperdagangkan manusia,” tutur Benny. (Aza/Ant)