Indonesiainside.id, Yogyakarta—Bekerja keras bukanlah sekadar untuk mendapatkan materi semata. Namun bekerja di dunia bagi umat Islam merupakan salah satu jembatan menuju akhirat, selaras dengan konsepsi habluminallah dan habluminannas, bahwa dengan bekerja, seseorang juga dapat melaksanakan perintah-perintah Allah SWT lainnya, seperti zakat, infak, dan sedekah.
Demikian sambutan Gubernur DIY yang dibacakan oleh Asisten Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Setda DIY, Ir. Aris Riyanto, M.Si pada acara Pengajian Rutin bagi Pejabat dan Aparat di lingkungan Pemerintah DIY dilaksanakan pada Rabu (12/01) di Gedhong Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Hadir sebagai penceramah pada pengajian hari ini, Prof. Dr. H. Machasin, M.A., Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus Ketua MUI DIY.
Aris yang mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan, bekerja juga dapat disejajarkan dengan keimanan, sekaligus sebagai wujud dari keimanan itu sendiri. Hal ini memberikan pemahaman bahwa bekerja hendaknya berada dalam bingkai keimanan kepada Allah SWT.
Bila bekerja tanpa adanya niat mencari ridha Allah, maka sekeras apapun pekerjaan yang dilakukan tidak masuk dalam kategori ibadah. “Untuk itulah, mari kita senantiasa ber-fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, saling memperkuat untuk mencapai persatuan, serta bekerja keras untuk menjadikan bangsa kita lebih terhormat, semoga Allah SWT senantiasa meridhai langkah kita bersama,” himbau Aris Riyanto.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Machasin, M.A., di acara pengajian itu menyampaikan bahwa Islam mendorong ajaran yang baik dan damai bagi semua orang, termasuk dalam penyelenggaraan negara. Hal ini juga dicerminkan dari tujuan Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam Piagam Jakarta. Piagam Jakarta dirancang oleh Panitia Sembilan yang mayoritas adalah muslim.
“Kalau aparat negara bertugas mewujudkan tujuan-tujuan negara tersebut, itu sudah ber-Islam juga, karena berupaya mewujudkan keadaan yang baik,” ungkap Machasin.
Machasin menegaskan bahwa penyelenggaraan negara yang berbasis Islam harus efisien dan tidak mubazir. Penyelenggaran negara juga harus dilaksanakan secara cermat sebagai bagian dari amal. Amal yang diterima oleh Allah SWT tentunya adalah amal yang mewujudkan hal baik bagi banyak orang.
Perwujudan amal dan keimanan dalam bekerja oleh aparatur negara adalah ; Pertama, ikhlas dalam bekerja. Penghargaan atau perolehan yang diterima harus berdasarkan dua hal harus tidak bertentangan dan melanggar aturan, termasuk aturan moral, kedua, terus meningkatkan kecakapan bekerja. Caranya adalah dengan adanya dorongan atau motivasi diri, melihat proses tidak sebagai beban, mengawasi dan mendisiplinkan diri sendiri, serta memasang pandangan ke depan.
Dan ketiga, aparat harus fokus pada pengaruh bagi tugas yang dilakukan dan masyarakat, bukan hanya pada hasil. “Bekerja dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, inshaa Allah kita akan mendapat amalan dan pahala,” ungkap Prof. Machasin.
Sementara Kepala Biro Mental Spiritual Setda DIY Djarot Margiantoro, STP, M.Sc., pada kesempatan tersebut melaporkan bahwa pengajian hari ini adalah putaran awal pengajian rutin bagi pejabat dan aparat di instansi Pemerintah DIY. Dengan mengambil tema ‘Berislam Kaffah sebagai Aparat dan Insan yang Berkeadaban Yoyakarta’.
“Acara ini diselenggarakan secara hybrid learning di Gedhong Pracimosono dan daring melalui zoom meeting serta bisa disaksikan melalui kanal JITV Pemda DIY,” ucapnya.
Kepala Biro Mental Spiritual Setda DIY menginformasikan bahwa Pengajian bagi Pejabat dan Aparat diinstansi Pemerintah DIY ini akan dilaksanakan rutin selama satu tahun kedepan sebanyak 12 kali dan ditambah dengan pengajian dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj dan Nuzulul Qur’an. (NE)