Indonesiainside.id, Parigi – Unjuk rasa masyarakat memprotes pembangunan tambang emas di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, memakan korban jiwa. Satu orang meninggal dunia terkena tembakan saat polisi berusaha membubarkan para demonstran saat malam sudah larut.
“Insiden ini sangat disesalkan. Namun kami bekerja profesional, siapa pun bersalah akan kami hukum sesuai aturan dan perundang-undangan berlaku,” ujar Kapolda Sulawesi Tengah Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi, Ahad (13/2).
Polda Sulawesi Tengah mengaku akan menyelidiki kejadian itu. Untuk saat ini sudah 4 polisi diperiksa propam dengan dugaan pelanggaran disiplin sehingga warga sipil meninggal dunia.
Korban diketahui bernama Aldi dari Desa Tada, Kecamatan Tinombo Selatan, Sulawesi Tengah.
Sementara aksi itu melibatkan warga tiga kecamatan yaitu Kecamatan Toribulu, Kasimbar, dan Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Mereka mengatasnamakan diri Aliansi Rakyat Tani (Arti) Koalisi Gerak Tambang menuntut agar Pemerintah Sulteng segera menutup tambang emas di Kecamatan Kasimbar, Toribulu, dan Tinombo Selatan milik PT Trio Kencana.
Menurut informasi, sebagian warga sudah menggelar unjuk rasa pada 7 Februari lalu menuntut Gubernur Rusdy Mastura mencabut izin tambang PT Trio Kencana. Rusdy, melalui Tenaga Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan Antar Lembaga dan HAM, Ridha Saleh, berjanji untuk menemui massa aksi.
Massa lantas kembali menggelar aksi pada 12 Februari, sejak pagi hingga malam hari. Tetapi Gubernur Rusdy Mastura tak kunjung datang dan massa melanjutkan aksinya dengan memblokir jalan di Desa Siney, Kecamatan Tinombo Selatan.
Polisi kemudian berupa membubarkan paksa sehingga terjadi dugaan penembakan ini.
“Kapolres telah mengimbau demonstran sebanyak empat kali karena mereka menutup jalan sejak pukul 12.00-24.00 WITA yang berujung pada penindakan,” ucap Rudy dilansir dari CNN Indonesia.
Polisi juga menangkap 59 orang dari pihak demonstran. Diduga mereka kedapatan membawa serpihan batu, peluncur hingga bom molotov.
(Nto)