Indonesiainside.id, Jakarta – Pengamat Politik dari Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menanggapi positif rencana Bambang Soesatyo (Bamsoet) Maju sebagai calon ketua umum Golkar. Menurut dia, partai sebesar Golkar tak sepantasnya membudayakan aklamasi dalam menetapkan ketua umum partai.
“Bagus juga supaya tidak ada aklamasi-aklamasi. Organisasi sebesar Golkar itu tidak patut aklamasi dalam penetapan ketua umumnya. Itu seperti mengerdilkan kemampuan kader mereka masing masing,” kata Ray kepada Indonesiainside.id di Jakarta, Senin (4/11).
Dia membeberkan faktor mengapa aklamasi itu tidak sehat. Pertama, poin yang ‘diperjualbelikan’ bukan visi misi, ide, maupun program tetapi lebih kepada senioritas serta hubungan yang bersifat personal. Dan, tentu saja hal ini tidak akan baik bagi partai sebesar Golkar.
“(Aklamasi) itu tentu tidak sehat. Oleh karena itu, selemah apapun calon tanding dari seseorang dia harus muncul. Dalam rangka apa? Supaya orang mengerti dan mengetahui visi misi organisasi dalam lima tahun ke depan,” kata Ray.
Tak hanya itu, dengan adanya calon lain yang ikut berkompetisi para kader juga akan mengetahui kelemahan visi misi masing-masing calon. Kader juga bisa melihat siapa sosok yang pantas menjadi nahkoda partai Golkar ke depan.
“Saya kira, tidak hanya Bambang Soesatyo, untuk Golkar minimal tiga calon. Partai besar, partai lama, kok cuma satu?” ucapnya.
Sementara, terkait ‘kesepakatan’ Bamsoet dan Ketum Golkar, Airlangga Hartato, mengenai kursi ketua MPR menurut Ray tidak lagi relevan lagi. Janji itu hanya berlaku pada bulan Agustus dan September saja.
“Tidak akan mencalonkan di bula Agustus dan September, tapi akan mencalonkan di bulan Oktober, November, dan Desember. Itu yang kita bisa baca,” ucapnya. (EP)