Indonesiainside.id, Jakarta – Politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), mengaku dalam posisi terjepit sehingga terpaksa harus maju sebagai calon ketua umum Golkar dalam Musyawarah Nasional Partai Golkar mendatang.
Pada awalnya Bamsoet mengaku tidak ingin maju. Namun, muncul desakan dari akar rumput untuk menantang petahana, ditambah lagi berbagai komitmen Airlangga Hartarto yang tidak dipenuhi turut mendorongnya untuk turun berlaga.
“Ada komitmen yang tidak dipenuhi,” kata Bamsoet di DPP PKS, Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Ia menyebut salah satu komitmen yang dilanggar adalah melakukan rekonsiliasi atas para pendukungnya serta mengembalikan jabatan mereka.
Bamsoet juga menyebut para pendukungnya dijanjikan posisi yang tepat dan wajar, namun poin itu dilanggar. Dengan adanya kondisi tersebut, maka ia memutuskan untuk maju sebagai caketum.
“Agar kawan kawan saya yang terzalimi ini bisa dikembalikan lagi ke tempatnya,” ucapnya. Ia mempersoalkan kesepakatan tentang mengakomodir para pendukungnya di Alat Kelengkapan Dewan (AKD). Ia menyebut tak ada satupun pendukungnya yang mendapatkan jabatan di posisi tersebut.
Jika melirik pimpinan Komisi DPR dari Fraksi Golkar, memang tidak ada satupun pendukung Bamsoet yang mengisi. Sebut saja Komisi I diisi Meutya Hafidz, Komisi II Ahmad Doli Kurnia, dan Komisi III Adies Kadir.
Komisi IV DPR diisi Dedi Mulyadi, Komisi V ada Ridwan Bae, Komisi VI diisi Gde Sumarjaya Linggih, Komisi VII ada Alex Noerdin, Komisi VIII dipimpin Ace Hasan Syadzili, Komisi IX Melki Laka Lena, Komisi X Hetifah Sjaifudian, Komisi XI Dito Ganindito.
Semua nama-nama tersebut adalah pendukung Airlangga Hartarto dalam perebutan Golkar-1. Kendati demikian, Ketua MPR itu menilai seluruh kader Golkar disatukan dalam ikatan keluarga, maka tidak perlu alergi untuk berkompetisi di dalam Munas.
Apalagi, berkompetisi meraih kursi Golkar-1 adalah persaingan sehat. “Justru Golkar harus buktikan yang terbaiklah yang nanti kita persilakan mimpin Golkar,” ujarnya.(EP)