Indonesiainside.id, Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menilai narasi Presiden Jokowi selama ini bertentangan dengan realitas. Jokowi berkali-kali menunjukkan ketidakmengertian pada impor yang sangat besar, kilang minyak yang tak kunjung selesai, kelambanan birokrasi, dan berbagai masalah lainnya.
“Bagaimana seharusnya agar beliau tau apa yang sebetulnya terjadi?” seru Fahri melalui laman resminya, Selasa (24/12).
Fahri mengatakan, pernyataan Jokowi soal kelambanan-kelambanan dan terus berulang-ulang suatu perkara seharusnya menjadi debat besar di tengah masyarakat. Terutama para pembantu presiden. Tapi, kata dia, yang terjadi justeru sebaliknya.
“Omelan presiden dianggap angin lalu, atau tunjuk hidung masa lalu sebagai biang masalah. Masa lalunya siapa?” Ucap Fahri.
Mantan Wakil Ketua DPR itu menuturkan, nasib rakyat saat ini tak banyak pilihan. Rakyat harus menerima fakta bahwa unsur trial and error dalam pemerintahan juga terjadi.
“Pemberantasan korupsi coba-coba dan tidak selesai-selesai. Demikian pula yang lain, khususnya kesejahteraan kita yang tertunda, keadilan yang tak juga tiba,” kata dia.
Lebih jauh Fahri menganggap bahwa di negara ini sangat aman untuk mengatakan ‘saya tidak menyalahkan’. Padahal pernyataan itu tidak benar. Pasti ada yang salah. Tidak mungkin instruksi presiden setelah lima tahun tidak terealisasi dan dianggap biasa saja.
“Masak presiden komplain dan tak satupun nampak pejabat tergopoh-gopoh? Bagaimana dengan keluhan rakyat? Pasti ada yang salah dong kalau presiden sampai mengeluh di depan rakyatnya sendiri,” tutur Fahri.
Komentar Fahri tersebut merespons pidato Jokowi mengenai impor. Jokowi memang seolah tak pernah bosan membahas masalah impor minyak dan gas yang kerap kali menjadi biang keladi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) membengkak.
“Kita tahu ketergantungan kita pada impor BBM termasuk di dalamnya solar ini cukup tinggi,” ucap Jokowi saat meresmikan implementasi program B30 di Jakarta Selatan, Senin (23/12).
“Apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak? Jangan-jangan masih ada di antara kita yang masih suka impor BBM. Karena itu permintaan terhadap B30 menuju ke B100 harus terus dikembangkan dan diperbesar,” lanjut Jokowi.(EP)