Indonesiainside.id, Bangka – Salah satu wacana politik keumatan yang berkembang di arena Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) adalah partai politik tinggal umat Islam. Namun, berbagai pihak yang memberikan pendapat mengenai wacana itu malah pesimistis.
Salah satunya, Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Ali Taher. Dia menilai, wacana partai politik tunggal umat Islam sulit direalisasikan.
“Faktor kemajemukan Indonesia untuk mempersatukan umat itu susah. Antropologisnya juga menentukan kita tidak bersatu karena alirannya banyak,” katanya, Jumat (28/2).
Namun, jika berkaca pada Pemilu tahun 1955, sedikitnya ada tiga partai politik Islam. Itu pun dengan asumsi paling banyak tujuh partai politik. “Itu baru cukup, dari Islam paling tidak tiga partai politik,” ucapnya.
Dia mengatakan, salah satu kelemahan umat Islam dalam bidang politik adalah tidak memiliki pemetaan (mapping) yang cukup. Politik memiliki pemetaan demografi, sebaran jumlah penduduk, dan kekuatan massa berbasis umat.
“Itu hampir rata-rata partai politik berbasis massa Islam tidak ada (pemetaan),” katanya.
Sehingga ketika memperebutkan basis massa, masih berkutat pada asumsi. Kedua, umat Islam tidak memiliki fitur politik yang tangguh, memiliki visi yang kuat, akademis, dan kemampuan agama yang cukup.
“Kemudian kekuatan jaringan. Tapi, yang paling parah lagi sepengamatan saya, hampir setiap partai politik tidak mempunyai trust (kepercayaan) dari publik,” ujarnya.
Dia menyatakan, kekuatan besar dalam membangun politik adalah silaturahim, idealisme, jaringan, kepercayaan, dan finansial. (Aza)