Indonesiainside.id, Jakarta – Mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam, menceritakan sikap hormat mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
Dipo Alam mengaku sebagai saksi atas ucapannya itu kala menjabat sebagai menteri di era Presiden SBY. Itu diceritakan lewat Twitter, menyusul semakin menajamnya polemik antara elite PDIP dan Demokrat terkait hubungan SBY dan Mega.
Masa lalu keduanya menjadi obrolan panas dia media massa dan media sosial. Isu ini berawal dan berkembang dari tudingan rencana kudeta terhadap pimpinan Partai Demokrat dari lingkungan Istana.
Lewat akun Twitternya, Dipo Alam sepertinya ingin mendinginkan suasana. Terlebih lagi, mantan Sekjen DPP Partai Demokrat Marzuki Alie mengungkit bahwa SBY pernah menyatakan kecolongan dua kali menghadapi Pilpres 2004.
Namun, Dipo Alam menyatakan SBY sebenarnya menaruh hormat kepada Mega. “Pak SBY selalu hormat pada Bu Mega. Saya adalah saksinya. Berikut adalah cuplikan dari buku biografi saya yang akan terbit, “Dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin” (2021),” demikian cuitan Dipo Alam di Twitter, Sabtu (20/2).
Dia mengawali dengan cerita kedatangan Presiden AS Barack Obama datang ke Indonesia pada November 2010. “Oleh Presiden SBY (saat itu) saya dengan Pak Sudi diperintahkan khusus untuk menyambut kedatangan Bu Mega dan Pak Taufiq Kiemas yang saat itu menjabat sebagai Ketua MPR. Itu adalah pertemuan spesial yang dibuat khusus untuk membuat Bu Mega happy. Saat itu Pak SBY sengaja mengatur agar yang menyambut keduanya adalah Sesneg dan Seskab. Kalau saya melihat kembali foto-foto acara itu, terlihat jika Bu Mega banyak tersenyum lebar,” katanya.
Dia melanjutkan, “Tugas saya dan Pak Sudi pada saat itu memang untuk memuat Bu Mega senang, dan memposisikan dirinya sebagai tamu yang amat terhormat. Menariknya, saat itu ketika Obama ketemu dengan Bu Mega, dengan santun Obama mendatangi sendiri Bu Mega dan menyalaminya dengan posisi menunduk. Tugas khusus dari Presiden SBY kepada Sesneg dan Seskab menunjukkan jika SBY bukan tanpa upaya untuk membangun hubungan baik. Dan ini salah satu upaya SBY dari beberapa upaya lainnya yang telah ia lakukan,” katanya.
Tak hanya itu. Ceritnya, masih ada upaya lain dilakukan, yaitu ketika mengangkat Duta Besar dari PDIP dan juga memberi pengakuan ketika peresmian jembatan Suramadu, bahwa proyek jembatan itu telah diinisiasi sejak masa pemerintahan Presiden Megawati, dan kemudian dilanjutkan serta diselesaikan di masa SBY.
“Saya diterima baik di Rumah Ibu Mega Jl. Teuku Umar bersama Pak Taufik Kiemas, Puan Maharani, Tjahjo Kumolo, Pramono Anung dan TB Hasanudin, sbg utusan Presiden SBY bahas calon Duta Besar dari PDIP. Suasana kekeluargaan & persahabatan terasa,” katanya.
Ketika meresmikan selesainya Pembangunan Jembatan SURAMADU yang menghubungkan Pulau Madura dan Surabaya, secara khusus SBY dalam pidatonya menghormati dan menyatakan bahwa SBY meneruskan pembangunan yang diinisiasi oleh Presiden RI Megawati Sukarnoputri.
Kemudian, beberapa kali pertemuan di Ruang Penerimaan Tamu Kantor Presiden di Istana, SBY, Mensesneg Sudi Silalahi dan Dipo Alam mendampingi menerima Ketua MPR RI Taufik Kiemas dan Puan Maharani dalam suasana persahabatan dan kekeluargaan yang baik
Kemudian, katanya, pada malam Tahlilan 40 hari wafatnya Ibu Ani SBY di Cikeas, Puan Maharani hadir dari awal sampai akhir. “Mengesankan hubungan persahabatan kekeluargaan yang baik antara Presiden RI ke V Megawati dan ke VI SBY; mereka saling menghormati,” katanya. (Aza)