Indonesiainside.id, Jakarta – Kasus yang menimpa Partai Demokrat dengan digelarnya kongres luar biasa (KLB) untuk mendongkel Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih menjadi perhatian banyak kalangan.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan, kudeta biasanya berakhir juga dengan kudeta. Dia menanggapi pengambilalihan pucuk pimpinan Partai Demokrat oleh Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko melalui KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (5/3).
“Kudeta biasanya berakhir kudeta…” katanya di Twitter, Ahad (7/3).
Meski begitu, Fahri tidak banyak mengomentari urusan internal Demokrat. Dia hanya mengambil pelajaran perlunya evaluasi terhadap semua partai politik yang seharusnya berkomitmen dan benar-benar bekerja serta mengurus rakyat.
“Kasus yang terjadi pada Partai Demokrat ini harus menjadi momentum evaluasi total tentang peran partai politik ke depan. Karena parpol semakin sibuk dengan dirinya sendiri menyeret organisasi negara sibuk dengan dirinya sendiri. Rakyat bertanya, “kami diurus siapa?” katanya.
Fahri juga mengunggah video terkait pendirian partainya dengan penuh perjuangan. Tak ada maksud tertulis dengan video tersebut untuk sosok Moeldoko yang mau mengambil alih Demokrat tanpa keringat dan kerja keras. Namun, dari pesan itu bisa dipahami, bahwa mendirikan dan membesarkan partai tidak mudah.
“Partai Gelora berdiri dengan ikhtiar sendiri, mengumpulkan sumberdaya satu per satu. Puluhan ribu pengurus awal, ribuan ranting di tingkat desa, ribuan cabang kecamatan, ratusan kabupaten/kota, puluhan wilayah.. Hingga mendapat pengesahan dan siap ikut Pemilu 2024,” katanya.
Diketahui, Anis Matta dan Fahri Hamzah yang sebelumnya sama-sama politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) keluar dari partai tersebut. Kemudian, bersama kader lainnya, Anis dan Fahri mendirikan Partai Gelora.
Fahri dipecat saat masih menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI. Namun, dia menang di pengadilan sehingga tidak bisa digeser dari kursi DPR maupun wakil ketua. Terkait itu, dia menulis di akun Twitternya:
“PKS: AD/ART diubah sepihak supaya saya mudah dipecat. PD: AD/ART diubah supaya seorang mudah jadi ketum. Setelah dipecat, saya menempuh jalur hukum. Saya percaya Kezaliman takkan bertahan lama. Sepandai-pandai memainkan kekuasaan, suatu saat akan tumbang juga!”
Menurut dia, “Kezaliman itu punya banyak wajah… tapi semuanya diternak oleh feodalisme yang kemudian merampas hak kita untuk mengajukan pertanyaan. Mereka mengatur semua yang mereka mau. Tanpa malu.” (Aza)