Indonesiainside.id, Jakarta – Wacana demokrasi dan civil society di tanah air tidak selamanya berkembang positif. Isu sektarian kerap kali menjadi diskursus untuk menyerang lawan. Bahkan di partai politik (parpol) sekali pun.
Salah satunya dialami Partai Demokrat. Tubuh Partai Demokrat dituduh telah ditumbuhi paham radikal. Padahal, pengurus partai di bawah komando Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu dikendalikan mayoritas anak muda atau generasi milenial.
Politikus senior Partai Demokrat Benny K Harman mengingatkan, jangan mudah mencap seseorang atau kelompok lain sebagai radikal hanya karena berbeda pandangan. Tudingan itu berakar dari pernyataan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dengan memberikan klu telah terjadi tarikan ideologi di partai tersebut.
“Jangan menuduh dan memberi cap radikal kepada sesama warga, kelompok dan golongan tertentu, hanya karena mereka berbeda sikap dan pandangan politik dengan penguasa. Menggunakan isu radikalisme untuk mematikan lawan politik, adalah hate crime,” kata Benny K Harman yang diviralkan di media sosial melalu meme atau gambar, Rabu (31/3).
Politikus senior Demokrat lainnya, Dr Sjarifuddin Hasan mengatakan, siapa bilang ideologi Partai Demokrat bergeser? Sebaliknya, pria yang akrab disapa Syarief Hasan ini mengatakan, justru ideologi Moeldoko yang harus dipertanyakan.
“Kata siapa ideologi (Partai Demokrat) bergeser? Ideologi Partai Demokrat itu tetap nasionalis-religius, Pancasila merupakan falsafah dari organisasi,” kata Wakil Ketua MPR RI ini.
Sementara akun Twitter Partai Demokrat mengunggah, “Radikalisme itu bisa diartikan gerakan radikal. Salah satu contoh gerakan radikal itu adalah GPK-PD oleh KSP @dr_moeldoko. Gerakan radikal GPK-PD ini justru ancaman dalam negeri karena menghancurkan demokrasi bangsa.”
Tuduhan yang sama sebelumnya dialami mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Meski Din Syamsuddin diam menyikapi tuduhan itu, warga dan tokoh bangsa protes keras terutama kepada pemerintah.
Di sisi lain, akar radikalisme memang ada. Terbukti dengan terjadinya teror bom bunuh diri di Makassar. Terorisme masih ada dan bergerak, sementara sebagian anak bangsa sibuk saling tuduh soal radikalisme. (Aza)