Indonesiainside.id, Jakarta – Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman, menjawab beberapa pertanyaan publik mengenai isu reshuffle kabinet Indonesia Maju.
Fadjroel mengatakan, siapa pun nanti yang akan ditunjuk dengan posisi kementerian, hanya Presiden Jokowi tahu. Dia mengatakan tidak akan mendahului Presiden soal kepastian reshuffle kabinet.
Yang pasti, kata dia, sejak Jokowi menjadi Presiden, beliau selalu mencari menteri dalam kabinet dari putra putri terbaik bangsa, dari Sabang sampai Merauke, di antara 270,2 juta penduduk Indonesia.
“Saya sebagai staf khusus bidang komunikasi, tidak bisa mendahului Presiden, siapa dan kapan perombakan kabinat. Yang pasti, sudah disetujui pembentukan kementerian yang baru, yaitu Kementerian Investasi, kemudian peleburan urusan riset dan teknologi ke dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” katanya lewat tayangan video yang disiarkan secara langsung lewat media sosial.
Kemudian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan berdiri sebagai lembaga sendiri. Hal itu sudah disetujui oleh DPR. Sekarang, tinggal menunggu keputusan dari Presiden Jokowi kapan perombakan kabinet dilakukan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dikabarkan akan dganti dari posisinya karena dianggap gagal mengemban tugasnya. Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19, sektor pendidikan menghadapi tantangan yang sangaty berat dan luar biasa. Karena itu, wajar jika Nadiem dianggap berada di persimpangan jalan.
“Memang Nadiem siap terima risiko dan dia akan jalan terus (meski banyak kritik), cuma risikonya kepada guncangan politik dan pendidikan menurut saya perlu tertata semua. Jadi saya pikir di persimpangan jalan Nadiem ini. Kalau presiden dapat tekanan luar biasa dan menyerah tentu akan berganti,” kata mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Fasli Jalal, kepada wartawan, Rabu (14/4).
Menurut Fasli Jalal, beberapa kali kebijakan Nadiem menuai kontroversi. Pernyataan Nadiem kadang tidak masuk akal dan sulit dipahami.
“Memang ada jargon-jargon pendekatan yang kadang kalau dipahami benar tidak seperti itu, tapi kadang-kadang dipakai untuk menyerang beliau bahwa kurang falsafah agama, kurang masuk, kemudian apalah. Dia pada hari pertama dulu dia hadir wisuda di mana guru besar dengan toga kebesarannya dia memakai jins, itu juga sempat heboh,” kata Fasli Jalal. (Aza)