Indonesiainside.id, Jakarta – Tahun 2022 diyakini akan memasuki fase awal perpolitikan nasional menjelang Pemilihan Presiden (Pilres) 2024. Saat ini saja, sejumlah menteri, gubernur, dan pejabat lainnya mulai menebar pesona untuk mendapatkan citra politik di hati masyarakat.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyindir fenomena itu sebagai kontes kecantikan. Fenomena ini disebutkan akan lebih menjamur lagi di tahun 2022.
Namun, yang membuat dia tak habis pikir, ternyata banyak menteri dan gubernur yang ikut tebar pesona untuk kontes tersebut. Padahal seharusnya para menteri fokus untuk tugas-tugas kenegaraan dan kerakyatan untuk Indonesia Maju.
“Kalau bapak ibu perhatikan, sekarang ini orang-orang sudah mulai tebar pesona. Saya terus terang saja merasa khawatir, terutama orang yang sekarang menjadi menteri dan pejabat itu kan lebih fokus pada pencalaonan dirinya di 2024 daripada dia bekerja sebagai menteri, atau bekerja sebagai gubernur, atau bekerja sebagai pejabat yang lainnya,” tuturnya dalam pengajian pagi PCM Sleman, Ahad (26/12), dilansir Muhammadiyah.or.id.
Kendati pesta politik 2024 masih lama, tak jarang ditemukannya baliho hingga iklan yang mengarah ke kampanye politik 2024. “Ya sudah kita itu seperti juri, kita lihat saja siapa yang tampil, kita lihat mereka itu berperilaku seperti apa dan kita nilai dengan pikiran yang jernih, tapi toh pada akhirnya kita tidak bisa memilih yang cantik-cantik itu,” ucapnya.
Kepada warga Muhammadiyah, Mu’ti mengajak agar tidak ikut atus kontestasi politik apalagi melanjutkan residu lama pemilu 2019. Dirinya mengajak agar warga Persyarikatan fokus pada kerja-kerja kemanusiaan Muhammadiyah yang inklusif dan nyata.
“Karena itu kemudian kalau kita melihat situasi poliltik itu santai-santai sajalah karena itu bagian dari permainan duniawi, lahwun, laibun, wa zinatun, itu pemainan dan itu tipu-tipu dan itu juga hiasan-hiasan saja, hiburan-hiburan buat senang-senang saja. Ga usah terlalu serius. Tapi dalam kita melakukan dakwah, membantu masyarakat, itu yang serius,” pesannya.
Menurut dia, setelah Covid-19 ini, seharusnya semua pihak terutama Muhammadiyah berpikir dan merancang strategi agar kemiskinan tidak meningkat. “Karena masalah sosial semkain kompeks, banyak sekali anak-anak yatim, single parent, anak yang tidak bisa bayar SPP, dan banyak hal yang tidak bisa kita prediksi pada 2022, itu yang saya kira akan menjadi tantangan bagi Muhammadiyah,” katanya.
Jika energi bangsa, terutama para pejabat, semuanya tersedot untuk Pilpres 2024, maka bagaimana menyelesaikan masalah sosial pascapandemi COVID-19?
“Dan kalau kita mau larut ke politik menurut saya kita justru akan lebih banyak menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak memberikan solusi konkrit bagi masalah yang sekarang ini dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu maka yang terjadi sudah bisa kita prediksi, tapi kalau Muhammadiyah istikamah dengan Khittahnya, dengan Matan Keyakinan Hidupnya, insyaallah Muhammadiyah akan tenang-tenang saja,” kata Mu’ti. (Aza)