Indonesiainside.id, Jakarta – Diego Maradona masih melakukan aktivitas normal, sebelum meninggal dalam tidur siang, Rabu, 25 November 2020 di rumahnya.
Sejak keluar dari rumah sakit 11 November lalu, setelah operasi hematoma meningeal, Maradona tinggal di sebuah vila di pedesaan Tigre. Di sana, ia dirawat oleh seorang psikolog, psikiater, dan perawat dari layanan Medis Swiss.
Di hari yang menentukan itu, Maradona bangun pagi seperti biasanya. Dia makan sarapan dan berjalan-jalan sebentar. Beberapa jam kemudian, legenda kelahiran 1960 itu berbaring beristirahat. Sebelum tidur, dia memberi tahu perawat: “Saya merasa tidak enak badan”.
Maradona harus bangun pada siang hari untuk meminum obat tersebut, tetapi saat perawat membangunkan, dia tidak sadarkan diri. Empat buah ambulans langsung muncul, namun tidak berhasil merebut Maradona dari tangan maut. Semua upaya untuk menyadarkan selama sekitar satu jam sia-sia . Jantung “Anak Emas” selamanya tidak akan berdetak lagi.
Maradona meninggal kurang dari sebulan setelah ulang tahunnya yang ke-60, 30 Oktober. Untuk ulang tahun ini, karena Covid-19, dia tidak dapat meninggalkan foto yang indah dengan bola di lapangan. Melihat Maradona lelah, dokter pribadi Leopoldo Luque memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit di La Plata untuk dirawat. CT scan yang disutradarai oleh Luque membawa kabar buruk: pembekuan meningeal. Operasi tersebut kemudian dinilai berhasil.
Maradona meninggal saat menjadi pelatih klub Gimnasia La Plata. Pada bulan Juni, klub memperpanjang kontrak dengannya hingga akhir musim 2020-2021.(EP)