Indonesiainside.id, Jakarta—Dokter pribadi Diego Maradona dan enam pengasuh lainnya yang dituduh mengabaikan ikon sepak bola di hari-hari terakhirnya, akan diperiksa oleh jaksa Argentina mulai Senin. Ketujuh orang itu ditempatkan di bawah penyelidikan untuk pembunuhan setelah dewan ahli yang menyelidiki kematian Maradona menemukan bahwa dia telah menerima perawatan yang tidak memadai dan ditinggalkan untuk nasibnya untuk “periode yang berkepanjangan dan menyiksa”.
Legenda sepak bola itu meninggal karena serangan jantung November lalu pada usia 60, hanya beberapa minggu setelah menjalani operasi otak untuk pembekuan darah. Investigasi dibuka menyusul pengaduan yang diajukan oleh dua dari lima anak Maradona terhadap ahli bedah saraf Leopoldo Luque, yang mereka salahkan atas kondisi ayah mereka yang memburuk setelah operasi.
Sebuah panel yang terdiri dari 20 ahli medis yang diadakan oleh jaksa penuntut umum Argentina mengatakan bulan lalu bahwa perawatan Maradona penuh dengan “kekurangan dan ketidakberesan” dan tim medis telah menyerahkan kelangsungan hidupnya “untuk takdir”. Panel menyimpulkan dia “akan memiliki peluang bertahan hidup yang lebih baik” dengan perawatan yang memadai di fasilitas medis yang sesuai.
Sebaliknya, dia meninggal di tempat tidurnya di sebuah rumah kontrakan di lingkungan eksklusif Buenos Aires, di mana dia menerima perawatan di rumah. Perawat yang dituduh lalai dalam kematian Diego Maradona pada Senin (14/6/2021) mengatakan ke jaksa Argentina, dia hanya mengikuti perintah untuk tidak mengganggu tidur sang legenda.
Perawat bernama Ricardo Almiron (37) itu bertugas jaga malam, dan merupakan salah satu orang terakhir yang melihat Diego Maradona hidup. Dia diduga berbohong, karena mengklaim Maradona sedang tidur dan bernapas normal beberapa jam sebelum dia meninggal.
“Mereka membunuh Maradona,” kata pengacara Rodolfo Baque, yang mewakili perawat Madrid Dahiana Gisela, saat menjawab pertanyaan dari jaksa.
Investigasi dibuka setelah menerima pengaduan yang diajukan oleh dua anak bintang sepak bola yang diajukan terhadap ahli bedah saraf Leopoldo Luque yang bertanggung jawab atas kondisi ayah mereka yang memburuk setelah menjalani operasi otak. Maradona dilaporkan meninggal karena serangan jantung pada usia 60 November lalu, beberapa minggu setelah ia menjalani prosedur operasi karena masalah pembekuan darah.
Bulan lalu, sebuah panel yang terdiri dari 20 dokter menyimpulkan bahwa tim dokter yang merawatnya ‘ceroboh dan tidak efisien’ karena membiarkan kondisinya memburuk sebelum dia mengembuskan napas terakhir. Jika terbukti bersalah, tujuh profesional medis yang dilarang meninggalkan negara itu dapat menghadapi hukuman antara delapan dan 25 tahun penjara. (NE)