Oleh: Tom Lazuardi
Indonesiainside.id, Jakarta – Pemilu 2019 tidak hanya ditengarai sebagai pesta demokrasi terburuk selama era reformasi. Pelaksanaan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden (pileg dan pilpres) secara serentak ini juga diakui sebagai hajatan terberat terutama dalam proses penghitungan suara.
Hingga hari ini, tercatat sebanyak 15 anggota polisi serta 54 penyelenggara dan pengawas pemilu meninggal dunia karena kelelahan. Sebagain petugas juga dikabarkan mengalami kecelakaan di jalan setelah menjalankan tugas. Tercatat juga sebanyak 32 petugas masih dalam kondisi sakit.
“Sampai hari ini, ada 15 anggota di Kalimantan Timur, Sumatera Utara, NTT, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Metro Jaya, Sulawesi Selatan,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (22/4).
Diketahui, di tengah proses penghitungan yang berat dan melelahkan ini, ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dengan melakukan kecurangan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan aparat keamanan juga disorot dari sisi netralitas dan independensi. Berbagai bentuk kecurangan meluap lewat pengawasan masyarakat di media sosial. Belum lagi kerawanan keamanan akibat dugaan kecurangan.
Terkait personel yang gugur dalam tugas, Polri menyatakan rasa duka mendalam atas wafatnya 15 prajurit korps baju cokelat. Para polisi yang gugur diberi anugerah kenaikan pangkat setingkat. “Begitu juga dengan hak-haknya, mendapat santunan, mendapat perpanjangan gaji,” katanya.
Menurut Dedi, sebagian dari mereka meninggal karena kelelahan. “Anggota Polri memiliki tugas cukup berat. Selain menjaga keamanan, beberapa juga membantu mengirimkan logistik ke tempat pemungutan suara (TPS) di daerah-daerah terpencil dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki,” katanya.
Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan 54 petugas penyelenggara pemilu meninggal akibat sakit dan kecelakaan, sementara 32 orang petugas masih dalam kondisi sakit.
Komisioner KPU Viryan Azis, mengatakan petugas pemilu yang meninggal dan sakit itu kebanyakan karena kelelahan dalam penghitungan suara. “Sedih sekali melihat teman-teman kami berguguran. Mereka pahlawan Pemilu 2019,” katanya.
Viryan menyebutkan, jumlah yang meninggal dan sakit kemungkinan bisa bertambah mengingat saat ini masih dalam proses rekapitulasi suara di tingkat kecamatan. “Petugas KPPS, PPS dan PPK terus merekap suara. Itu data tadi malam,” ujarnya dilansir Antara. (Aza/Ant/INI-Network)
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun…
Semoga bagi keluarga yg ditinggalkan para Pejuang Demokrasi ini diberikan ketabahan & keikhlasan… dan semestinya Pemerintah HARUS memberikan santunan yg PANTAS bagi para keluarga tsb !!!