_Iman dan amal saleh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Iman adalah hubungan vertikal kepada Allah Ta’ala (hablun minallâh) dan amal saleh adalah hubungan horizontal antarsesama (hablun minannâs)._
DALAM iman, ada hubungan yang baik kepada sesama. Iman dan amal saleh tidak bisa dipisahkan. Misalnya hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jauh dari kebaikan kepada sesama.
Berbuat baik kepada tetangga dan tamu saja adalah bagian dari keimanan. Misalnya, dalam sebuah hadits: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Masih banyak hadits lain. Semua itu menyangkut kebajikan kepada sesama agar hubungan vertikal dan horizontal sejalan dalam menapaki kehidupan ini.
Begitulah pentingnya akhlak, silaturrahim, memberi makan atau manfaat kepada orang lain, saling sapa, dan semisalnya. Baro’ bin Azib berkata: “Rasulullah melarang dan memerintahkan kami dalam tujuh perkara: Kami diperintah untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang dizhalimi, memperbagus pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang bersin…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam urusan salam salam saja, dianjurkan tidak hanya kepada orang yang kenal. Sebab Rasulullah bersabda:
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal.” (Shahih Riwayat Ahmad dan Thabrani)
Dalam Hadits Kitab Riyadhush Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab As-Salam, Bab Keutamaan Salam dan Perintah Meyebarkan Salam:
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَيُّ الإْسلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ “تُطْعم الطَّعَامَ، وَتَقْرأُ السَّلام عَلَىَ مَنْ عَرِفَتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ”. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Ra, ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Islam apakah yang paling baik itu?” Beliau menjawab, “Engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang sudah dan belum engkau kenal.” (Muttafaqun ‘alaih, HR Bukhari, no. 12 dan Muslim, no. 39)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ ، اِنْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، وَقِيْلَ : قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَعَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهٍ كَذَّابٍ ، فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ .
Dari ‘Abdullah bin Salâm, ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasulullah SAW telah datang, lalu aku mendatanginya di tengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasulullah, aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, ‘Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan sejahtera.” (HR at-Tirmidzi no. 2485, ad-Dârimi I/340, Ibnu Mâjah no. 1334 dan 3251, al-Hâkim III/13, Ahmad V/451)
Dari hadits tersebut, ada empat jalan pembuka surga. Dari empat kriteria tersebut, tiga di antaranya menyangkut hubungan baik kepada sesama, lalu yang terakhir berhubungan kepada Allah SWT. Berikut empat kriteria tersebut:
1. Tebarkan salam (afsyus-salâm)
Berikan rasa aman, nyaman, tenteram, dan damai kepada sesama baik lewat perbuatan maupun perkataan. Bukankah dengan senyum saja sudah merupakan sedekah? Begitu seperti yang tertulis dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Senyummu di hadapan saudaramu, untukmu adalah sedekah.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi di dalam Sunan At-Tirmidzi nomor 1.956)
2. Bagikan makanan (‘ith’âmuth-tha’âm)
Jangan pelit dalam urusan membagi-bagikan makanan kepada orang lain, yang kita kenal atau pun tidak.
3. Menyambung persaudaraan (washilul-arhâm)
Banyak sekali keutamaan dalam menyambungkan tali silaturrahim dan di antara manfaatnya adalah memperpanjang umur dan melapangkan rezeki.
4. Salat malam (washallû billaili)
Allah Ta’ala berfirman: “Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” (QS Al-Insân [76]: 25-26)
Di ayat lain, Allah Ta’ala berfirman, “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb-mu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-
mu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).” (QS Ath-Thûr [52]: 48-49)
Iman dan amal saleh menjadi pokok dimuliakannya manusia oleh Allah SWT. Ditegaskan di dalam Surat At-Tîn, manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya karena iman dan amal salehnya. Tanpa keduanya, derajat manusia langsung diturunkan serendah-rendahnya. “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak
ada putus-putusnya” (QS At-Tîn [95]: 4-6 (Aza)