Tak dipungkiri bahwa dalam tubuh umat Islam Indonesia, ada perbedaan pandangan terkait kebolehan mengucapkan selamat hari Natal.
Hanya saja, yang menjadi masalah kemudian, ketika dihubungkan dengan toleransi. Apakah yang tak mengucapkannya sudah otomatis tidak toleran kepada teman Kristen?
Tentu saja tidak bisa diklaim sesederhana ini. Sebab, baik yang mengucapkan atau tidak, punya pijakan toleransi sendiri. Jadi, tak bisa merasa paling toleran.
Orang yang berpandangan haram mengucapkan selamat Natal, mempunyai pandangan sendiri mengenai toleransi. Mengucapkan selamat Natal bagi kelompok ini adalah menyangkut masalah akidah. Jadi tak ada tempat untuk kebolehannya.
Toleransi bisa dilakukan melalui hal-hal yang sifatnya tidak menyentuh akidah. Misalnya, kerja bakti sosial, bekerja sama dalam mengentas kemiskinan, memberantas butah huruf, menolong orang yang kesusahan dan semacamnya.
Ada seorang perempuan bernama Farah. Dia punya sahabat Kristen yang taat. Ketika Farah berhari raya Idul Fitri dan Adha, biasanya teman Kristen yang bernama Natali itu suka memberi hadiah.
Sementara Farah, ketika Hari Natal tidak mengucapka selamat Natal kepada Natali. Apa Farah disebut intoleran? Lantas bagaimana sikap Natali terhadap apa yang dilakukan oleh Farah?
Farah tetap toleran dan Natali juga tidak marah, apalagi berperasangka buruk kepada sahabatnya. Apa sebabnya? Kuncinya adalah komunikasi yang baik.
Sejak awal, Farah menjelaskan kepada Natali mana saja batas-batas toleransi yang dipandangnya. Sehingga, Natali tak masalah ketika hari Natal tidak mendapat ucapan selamat Natal. Dan ia tidak pernah memaksa Farah mengucapkannya atas nama toleransi.
Dalam hal yang tak menyentuh akidah, Farah sangat menjaga toleransi. Natali sakit, Farah menjenguknya. Ketika membutuhkan sesuatu, Farah juga turut membantu dan lain sebagainya.
Di tengah ramainya pro dan kontra setiap momen Natal atau tahun baru, kedua sahabat ini bisa menempatkan diri dan menghormati pandangan masing-masing. Hubungan mereka juga kian akrab.
Bahkan, mereka berdua punya semacam kesepakatan untuk tak membicarakan masalah agama masing-masing. Agama ibarat urusan dapur masing-masing. Tidak untuk dibanding-bandingkan apalagi diadu.
Hari Natal ini (25/12/2019) mereka sedang mengadakan janji di Mall Aeon Garden City Boulevard Cakung, Jakarta bersama sahabat lainnya.
Seperti biasa tidak ada ucapan Selamat Natal, tapi hubungan mereka tetap hangat. Canda tawa mereka terlihat tulus; hubungan kemanusiaan masih terawat, tanpa kehilangan toleransi antar-umat beragama. Tabik! (Aza)