Saat sedang menikmati seduhan krimer dan kopi di ruang kerja, terjadi obrolan menarik dengan rekan kerja mengenai pengalaman orang kesurupan diruqyah dengan kopi.
Kisah nyata itu, didapat rekan penulis dari buku berjudul “Ath-Thibbu Al-Badiil” anggitan orang Mesir. Dikisahkan bahwa ada seseorang yang sedang berkunjung ke rumah orang yang sedang kerasukan. Sesampai di lokasi, rupanya rumah orang yang kerasukan mengeluarkan bau tak sedap. Saat itu, kebetulan, ia baru pulang membeli kopi yang sudah berupa bubuk. Singkat cerita, melalui media ini, orang itu meminta kepada Allah berikut bacaan-bacaan yang disyariatkan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Atas izin Allah, jin yang merasuki tubuh orang yang kesurupan tadi bisa keluar. Penulis melihat, dalam kaitannya dengan ruqyah melalui media kopi ini tidak terpaku kepada kopi itu sendiri. Tapi lebih kepada kekuatan iman sang peruqyah.
Bacaan apapun yang keluar dari lisan atau sebaik apapun media yang digunakan menjadi tidak berguna jika sang peruqyah iman dan dzikirnya lemah.
Sebagai contoh pembanding adalah cerita yang terdapat dalam buku “Wiqāyah al-Insān min al-Jinni wa asy-Syaithān” (1997: 69) karya Syekh Wahid Abdussalam Bali. Ada perempuan di istana Khalifa Al-Mutawakkil yang sedang kesurupan. Kemudian beliau mengirim utusan untuk meminta tolong kepada Imam Ahmad bin Hanbal.
Saat tiba di lokasi, Imam Ahmad sedang ada taklim di masjid. Tidak ada yang istimewa yang dilakukan sang imam pada waktu itu. Beliau hanya mengirim sandalnya yang terbuat dari kayu untuk dibawa ke istana untuk mengusir setan yang merasuki wanita dalam istana tersebut. Al-hamdulillah, setannya pun keluar.
Ini menunjukkan bahwa kualitas si peruqyah sangat berpengaruh besar dalam proses meruqyah. Meski begitu, sebagaimana cerita tadi, kopi bisa dijadikan media untuk meruqyah.
Penulis pernah membaca dalam buku “Tadzkīr an-Nās Kalām al-Habīb al-‘Ārif Billāh Ahmad bin Hasan Al-Aṭṭās (119). Pada kitab ini disebutkan kasiat kopi oleh Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Aṭṭās. Kata beliau, “Rumah yang dibiarkan kosong (tanpa penghuni) biasanya ditempati jin. Sedangkan tempat tinggal yang di dalamnya disajikan kopi, maka tidak akan didekati dan ditempati jin.” Dari penuturan beliau, kopi memiliki khasiat untuk mengusir jin atau setan.
Terlepas dari itu semua, yang jelas, apapun medianya, jika sang peruqyah tauhidnya murni, imannya kuat, zikirnya hebat dan hatinya bersih, Insya Allah media positif apapun yang digunakan untuk mengatasi gangguan jin, akan bermanfaat dalam proses ruqyah; termasuk juga kopi. Wallāhu a’lam. (Aza)