“Ayah!” panggil Azka kepada ayahnya yang merupakan guru ngaji. “Ya Nak! Ada yang mau ditanyakan sama ayah?” balasnya dengan senyum khas.
“Orang sering bilang kata ikhlas. Yang mau Azka tanyakan: Apa sih sebenarnya ikhlas dan bagaimana aplikasinya dalam ibadah?” tanya Azka dengan singkat dan padat.
“Ikhlas secara bahasa sekitar ada sepuluh maknanya. Salah satu artinya adalah pemurnian,” jawab sang ayah yang kemudian berhenti sejenak untuk meminum kopi yang disediakan ibunya.
“Adapun menurut istilah, ikhlas berarti: Menjadikan tujuan semua amal hanya untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Azza wajalla dengan menjalankan semua perintah-Nya, tanpa dicampuri oleh semua yang bertentangan dengan tujuan taqarrub seperti riya’ dan ‘ujub (bangga atas hasil amal sendiri).”
Lanjut sang ayah yang bernama Abdurrahman ini, “Kata kunci ikhlas di sini adalah pemurnian, taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dan pembersihan dari segala yang bertentangan dengannya.”
“Lalu Ayah, bagaimana aplikasinya dalam hal ibadah?”
“Gampangannya, Ayah akan mengambil contoh shalat Dhuha. Biasanya kalau orang mengerjakan shalat Dhuha motifnya apak Nak?”
“Setahu Azka, kebanyakan biar diberikan kelancaran rezeki dan semacamnya,” jawab Azka.
“Nak! Pada tingkat paling rendah, beramal mengharap rezeki, sah-sah saja dan banyak hadits-hadits yang sering menyandingkan amal dengan pahalanya.”
“Hanya saja, kalau mau aplikasi ikhlas, berarti melakukan shalat Dhuha murni untuk Allah; tidak menjadikan pahala sebagai motif utama ibadah ini.”
“Kalau memakai istilah hadits, shalat Dhuha ‘kan disebut sebagai sedekah persendian manusia. Niati saja shalat Dhuha sebagai sedekah persendian. Titik. Masalah nanti Allah mau memberi pahala, kelancaran rezeki atau tidak, itu murni hak-Nya.”
“Gambaran mudahnya gini. Kalau kamu membantu ibu belanja ke pasar, biasanya karena ingin mengharap uang jajan, atau karena kesadaran murni ingin bantu ibu?”
“Tergantung Yah. Kadang memang ingin uang; kadang memang murni ingin bantu,” jawab Azka.
“Nah. Kalau kamu pingin uang jajan, ibu pasti memberi kalau memang punya uang. Tapi, kalau kamu tulus tak mengharap apa-apa, ibu pasti bangga dan bahkan akan memberi lebih dari apa yang kamu harapkan.”
“Bukan berarti Ayah mau menyamakan Allah dengan ibu. Maha Suci Allah dari semua itu. Tapi, ini hanya mendekatkan pengertian dan aplikasi ikhlas agar gampang dimengerti.”
“Baik Ayah! Azka sudah mulai paham. Aku mau pamit dulu. Mau berangkat sekolah. Assalamu’alaikum,” pamit Azka sambil mencium tangan Ayah.
“Wa’alaikumussalam. Hati-hati!” (Aza)