Tidak ada setan pun, pada dasarnya manusia mempunyai potensi berbuat buruk.
Hal ini sesuai dengan penjelasan al-Qur’an sebagaimana berikut ini: Pertama:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams [91]: 8)
Kedua:
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf [12]: 53)
Dua ayat itu menunjukkan bahwa di samping potensi kebaikan, ada juga potensi keburukan dalam jiwa manusia yang disebut ammaaratun bis-suu’.
Persoalannya kemudian: bagaimana cara membedakan antara dosa akibat bisikan seten dengan dosa yang memang berasal dari potensi buruk manusia sendiri yang bernama: ammaaratun bis-suu’ itu?
Syekh Sya’rawi dalam buku “Asy-Syaithaan wal-Insaan” (Hal: 75), menjelaskannya dengan sangat gamblang.
Perbedaan bisikan dari setan atau manusia adalah ketika bisikan yang timbul dari hati adalah untuk berbuat buruk dengan semua jenis keburukan, berarti itu bisikan setan.
“Sebab,” tulis beliau, “setan tidak peduli manusia berbuat dosa seperti apa, yang penting ia berbuat dosa, apapun jenis dosanya. Tidak terpaku pada satu dosa saja.”
Adapun jika bisikan itu mengarah hanya pada satu dosa, sudah biasa melakukannya dan bahkan menikmatinya, maka yang demikian adalah dosa yang timbul dari bisikan jiwa ammaratun bis-suu`.
Di lihat dari sejarah usaha penyesatan iblis (setan dan anak keturunannya) terhadap Adam dan anak keturunannya, mereka selalu melihat titik lemah untuk menyesatkan manusia. Jika kuat dalam ibadah, akan dicari kelemahan lain misalkan dalam hal harta dan sebagainya.
Jika kuat dalam satu hal, maka akan dicari hal lain yang merupakan titik lemahnya. Maka perhatikan semboyan mereka:
قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧
“16. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (QS. Al-A’raf [7]: 16-17)
Berbagai cara akan dilakukannya untuk menyesatkan manusia. Bisa dari depan, belakang, kanan dan kiri. Yang penting, manusia bisa sesat.
Kesimpuannya, jika bisikan itu untuk melakukan keburukan atau dosa apa saja, berarti itu dari setan. Kalau hanya terfokus pada satu jenis keburukan, kemaksiatan atau dosa, maka itu berasal dari jiwa manusia sendiri yang bernama: Ammaratun Bis-Suu`. Wallahu a’lam. (Aza)