Ujub artinya bangga terhadap yang ada pada diri sendiri sehingga meremehkan orang lain. Sifat demikian masuk kategori akhlak tercela yang harus dijauhi karena bisa merusak amal.
Wuhaib bin Al-Warad –dalam kitab “At-Tawwaabiin” karya Ibnu Qudamah– pernah mendapat cerita menarik mengenai masalah ini. Suatu saat, Nabi Isa ‘Alaihis Salam sedang melakukan perjalanan dengan salah satu hawari-nya (sahabat dekat serta pejuang dakwahnya).
Dalam perjalanan itu, keduanya melihat ada pencuri yang naik di atas benteng. Ketika pencuri itu melihat Isa ‘Alaihis Salam dan sahabatnya, rupanya Allah memasukkan ke dalam hatinya kesadaran untuk berubah.
Dia berkata dalam batinnya, “Ini adalah Isa bin Maryam yang merupakan Ruh Allah serta kalimat-Nya. Dan ini adalah sahabatnya. Sementara kamu sendiri ini siapa wahai orang celaka? Cuma seorang pencuri dari Bani Israil. Suka menjambret, merampas harta dan menumpahkan darah.”
Dia pun insaf. Kemudian turun untuk menemui keduanya dan ingin bertaubat menyesali segala perbuatannya pada masa lampau. Ketika hendak mau mendekat kepada keduanya, hati kecilnya berkata, “Memang benar kamu mau berjalan bersama mereka berdua? Kamu tidak pantas. Pencuri model kamu ini, lebih pantas berjalan di belakangnya.”
Pencuri itu akhirnya berjalan di belakang Isa dan sahabatnya mengikuti dari belakang. Secara tidak sengaja, aksinya ini dilihat oleh sahabat Isa. Ia tersadar ternyata dari tadi diikuti oleh pencuri.
Pikirannya sudah bermacam-macam. Dalam kondisi demikian, dia membatin dengan nada meremehkan, “Ih. Lihat ini orang celaka sedang berjalan di belakang kita!”
Allah mengetahui semua yang bergejolak dalam hati pencuri yang mau bertobat dan menyesali semua perbuatannya, maupun hati sahabat Nabi Isa yang merasa lebih ungguh dan meremehkannya.
Akhirnya Isa mendapat wahyu dari Allah Ta’ala. Inti wahyu itu, pencuri yang mau bertobat itu telah diampuni dosa-dosanya karena telah menyesal kemudian bertobat.
Sementara sahabatnya, semua amalnya gugur karena ujub terhadap dirinya sendiri dan meremehkan pencuri yang sedang insaf.
Pelajaran menarik dari kisah ini di antaranya:
Pertama, selama matahari belum terbit dari Barat, selama masih hidup, pintu taubat senantiasa terbuka.
Kedua, tobat yang diterima Allah adalah yang sungguh-sungguh disertai penyesalan dan tidak mau mengulanginya lagi.
Ketiga, bahaya akhlak tercela ujub. Ia bisa menggugurkan amal seseorang.
Mungkin pembaca pernah membaca kisah iblis, yang merasa ujub dengan dirinya, pada akhirnya dia hina. Yang mulia adalah manusia yang mau bertobat dari kesalahan dan dosanya. (Aza)