Covid-19 telah membuat antor-kantor, sekolah-sekolah, ditutup. Angkutan umum dibatasi. Presiden rapat kabinet secara online. Rakyat resah dan gelisah menghadapi musuh yang tidak nampak itu. Bagaimana ajaran Islam memberikan bimbingan?
Mulai hari ini, Senin (16/3), DKI Jakarta, Jawa Barat, dan beberapa daerah lainnya, meliburkan sekolah. Juga puluhan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, diliburkan sampai 15 hari ke depan. Kantor-kantor sebagian ditutup. Presiden Jokowi pun mengadakan rapat kabinet secara online.
Meski Presiden Jokowi tidak memberlakukan lockdown, baik untuk daerah maupun secara nasional, tetapi pemandangan hari ini, membuat rakyat ketakutan, resah dan gelisah. Apalagi jumlah pasien cenderung bertambah setiap harinya. Jika Ahad kemarin ada 117 orang yang terinfeksi Covid-19, hari ini jumlahnya sudah mencapai angka 134.
Sebagai orang yang beriman, mari kita kembali ke ajaran Islam, sambil merenungi mengapa Allah Ta’ala mengirim makhluknya yang bernama Covid-19 itu.
Pertama, umat manusia perlu introspeksi, karena semua musibah itu akibat dari perbuatan kita sendiri. Simak firman Allah Ta’ala dalam surah Asy-Syura ayat 30:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”
Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi bimbingan pada kita tentang satu doa yang jika kita baca di awal pagi dan sore, niscaya akan mendapat perlindungan dari-Nya. Hal ini sesuai dengan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmizi, Nasa’i dan Ibnu Majah, dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka tidak ada sesuatupun yang akan membahayakan dirinya. Adapun doa yang dibaca adalah :
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ketiga, jika wabah sudah menyebar maka bertawakallah pada-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surah At-Taubah ayat 51:
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman’.”
Keempat, perbanyak istighfar, sebagaimana firman-Nya dalam surah Hud ayat 3:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“dan hendaklah kamu meminta ampun [istigfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian),niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.”
Kelima, aparat pemerintah maupun masyarakat jangan menyebarkan berita yang justru menakut-nakuti rakyat, karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperingatkan kita dengan sabdanya:
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR Imam Abu Dawud)
Saat ini, sebagian umat Islam mulai ketakutan. Masjid-masjid, sebagai tempat ibadah, dibatasi aktifitasnya. Taklim-taklim ditiadakan untuk waktu yang tidak jelas. Hanya shalat rawatib dan jum’atan yang masih diberlakukan. Di negara lain, shalat jum’at sudah ada yang diliburkan, juga shalat rawatib yang sehari 5 kali itu. Padahal ini rumah Allah, dan umat Islam diwajibkan untuk memakmurkannya.
Masjid adalah salah satu tempat yang paling efektif untuk memanjatkan doa. Ini malah dibatasi, karena ketakutan yang berlebihan. Jangan sampai perilaku umat Islam, dalam mensikapi Covid-19, sama seperti perilaku orang-orang yang tidak beriman. Hal ini hanya akan mendatangkan murka Allah dalam bentuk yang lain.
Bagi laki-laki yang sehat, mereka diwajibkan untuk shalat rawatib berjamaah di masjid-masjid. Bagi yang sedang menderita sakit,ada keringanan untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Dengan kesadaran seperti ini, otomatis yang hadir melaksanakan shalat berjamaah di masjid adalah mereka yang dalam keadaan sehat. Orang sehat tidak akan menularkan penyakit kepada orang lain. Wallahu A’lam. (HMJ)