Bagi muslim, segala hal yang menimpanya adalah kebaikan baginya, baik atau buruk. Kenapa?
Saat dia mendapatkan kenikmatan, bersyukur kepada Allah. Saat tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya.
Misalnya diambil satu contoh orang yang tertimpa sakit. Kalau dikaitkan dengan konteks hari ini: yang sakit akibat terinfeksi virus corona atau Covid-19. Bagi muslim, yang tertimpa sakit akan menghapus dosa-dosa kecilnya. Bahkan, kalau mati akibat terkena wabah, terhitung sebagai syahid.
Terkait sakit bisa menghapus dosa, Nabi pernah bersabda:
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari)
Riwayat lain, bersumber dari Sa`id al-Khudri ia menceritakan bahwa ada salah seorang lelaki dari kalangan orang muslim bertanya:
“Ya Rasulallah apa pendapatmu tentang penyakit yang menimpa kami, kami dapat apa?” Nabi menjawab: “Sebagai kaffarat (penebus dosa). Lalu Ubay bin Ka`ab bertanya: “Ya Rasulallah meski penyakit itu ringan?” Rasul menjawab: “Meskipun hanya terkena duri, atau yang lebih kecil darinya.”
Karena keutamaan ini, sahabat yang bernama Ubay bin Ka’ab sampai ingin diberi sakit demam sepanjang hayat dan meminta agar penyakit demam itu tidak menghalangi dirinya untuk haji, umrah, jihad dan shalat wajib secara berjama`ah.
Ternyata terbukti. Kata Abi Sa`id al-Khudri: “Tidak seorangpun yang menyentuh Ubay pasti merasakan panas padanya hingga ia meninggal dunia” (HR. Ahmad)
Riwayat itu menjelaskan kepada kita keunikan sahabat yang bernama Ubay bin Ka`ab. Sahabat kawakan yang pakar dan piawai dalam bidang qira`ah. Ia sangat disiplin, zuhud, dan termasuk sahabat yang terdepan dalam masalah keilmuan. Ia juga merupakan satu-satunya sahabat yang Allah memerintahkan Nabi-Nya langsung membacakan ayat-ayat-Nya dari langit ke tujuh kepadanya langsung. Lihat betapa aneh permintaannya!. Ia ingin diberikan sekit demam sepanjang hayatnya.
Kalau kita amati benar-benar penggalan riwayat di atas kita akan menemukan pelajaran yang berharga. Sebagaimana manusia pada umumnya, sebenarnya ia juga menginginkan kondisi yang sehat. Tetapi pada umumnya kesehatan dan kesempatan ternyata banyak yang membuat orang terlena. Ia terkesima mendengar penjelasan Rasulullah bahwa sakit merupakan kaffarat bagi dosa.
Sakit juga merupakan kebaikan yang mengalir pada yang ditimpanya, tentu saja kalau pasrah dan ikhlas karena-Nya. Tapi yang unik ialah Ubay tak sekadar meminta sakit sepanjang hayat, tapi disertai dengan ungkapan: sakit yang tidak menghalangiku berjuang di jalan Allah. (Aza)