Manusia pasti punya kesalahan dan sebaik-baik orang yang salah ialah yang mau bertaubat. Tentu saja bukan taubat sambal, tapi taubat nashuha yang benar-benar serius dan tidak mengulang-ulangnya.
Wahsyi bin Harb adalah seorang budak Jubair bin Muth`im yang berasal dari Ethiopia. Ketika sudah masuk Islam, tetap saja ia dihantui oleh masa lalunya yang kelam. Ia selalu menyesal dan merasa bersalah, meski ia juga sadar kalau Islam itu menghapus kesalahan masa lalu ketika sudah masuk Islam.
Keselahannya sebelum Islam itu ialah membunuh paman Nabi Muhammad yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib yang berjuluk singa Allah pada perang Uhud. Penyesalannya mungkin tak pernah hilang hingga ia wafat. Apa lagi ketika masuk Islam dan bertemu Rasulullah dia disurung memalingkan muka, karena secara manusiawi siapa yang tega melihat orang yang membunuh pamannya sendiri.
Masa lalu yang kelam ini membangun semacam kesadaran spritual yang dahsyat bagi Wahsyi bin Harb. Sampai pada akhirnya ia membuat komitmen dan tekad yang luar biasa untuk menebus kesalahan-kesalahannya di masa lampau. Pada perang Yamamah ia menebus kesalahannya dengan membunuh Musailamah al-Kaddzab.
Sebelum Islam Wahsyi membunuh orang terbaik dan seteleh Islam ia tebus dengan membunuh orang yang terjahat yang mengaku-ngaku menjadi Nabi. Demikian salah satu contoh di mana masa kelam dijadikan titik tolak untuk taubat dan semangat perubahan, sehingga Wahsyi mampu merubah masa lalu yang kelam menjadi masa depan yang cerah. Intinya, jangan kita berlarut-larut menyesali masa silam. Jadikan dia hanya semacam kesadaran untuk berubah ke depan menciptakan masa depan yang cerah.
Setiap kita tentu dan pasti mempunyai masa lalu. Bila masa lalu kita kelam jangan sampai dijadikan sekedar penyesalan yang tak berarti. Penyesalan yang positif terhadap masa lalu kelam ialah penyesalan yang tak terhenti pada sekedar penyesalan, tapi penyesalan yang menjadi kesadaran luar biasa sehingga melahirkan komitmen untuk berubah menjadi lebih baik; melahirkan gelora untuk berubah menggapai masa depan yang lebih cerah.
Bila masa lalu kelam hanya disikapi dengan penyesalan belaka berarti secara sadar maupun tak sadar kita telah merancang masa depan yang kelam. Maukah anda mendapat masa depan kelam? (Aza)