Banyak orang yang mau beramal, tetapi sedikit yang mau menyembunyikan amalnya tersebut. Waspadailah perilaku riya’ dan sum’ah.
Melakukan amal kebaikan itu adalah kewajiban yang dituntunkan oleh ajaran agama. Tetapi, jika amal baik tersebut dilakukan dengan cara-cara riya dan sum’ah, maka waspadalah.
Adalah Rasulullah Shallalhu ‘Alaihi wa Sallam, dalam salah satu sabdanya yang dinarasikan oleh Abu Hindun ad-Dari Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ قَامَ مَقَامَ رِيَاءٍ وَسُـمْعَةٍ، رَاءَى اللهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَسَـمَّعَ.
Barangsiapa yang berbuat karena riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar), maka Allah akan memperlihatkan dan memperdengarkan (niat) orang itu pada hari Kiamat. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Baihaqi)
Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, bersumber dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, “Barangsia yang sum’ah (memperdengarkan amal kebaikannya supaya dipuji), niscaya Allah akan memperdengarkan (keburukan amalnya). Dan barangsiapa yang riya’ (memperlihatkan amal kebaikannya supaya dipuji), niscaya Allah akan memperlihatkan (keburukan amalnya).”
Adapun perbuatan riya’ dan sum’ah itu menjadikan amal-amal mereka bagaikan batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat yang menyebabkannya bersih dan licin kembali. Batu itu kembali gersang, tak bisa menumbuhkan pepohonan atau benih. Sebuah perumpaan yang begitu indah dipaparkan oleh Sang Maha Pencipta, bahwa amal-amal yang dilakukan dengan iringan riya’ dan sum’ah, akan sia-sia belaka. Tak ada pahala baginya, bahkan dosa yang diterimanya, kelak.
Perbuatan riya’ dan sum’ah itu bisa menjangkiti siapa saja, dengan profesi apa saja. Seorang guru dan motivator misalnya, ketika melihat anak didik atau orang yang diberi motivasi sukses karena mengikuti petunjuk-petunjuk atau saran-sarannya, lalu sang guru atau motivator memperlihatkan atau memperdengarkan apa yang telah mereka lakukan kepada orang lain, dengan berulang-ulang dan berbangga diri, maka ia telah jatuh pada perbuatan riya’ dan sum’ah.
Oleh sebab itu, berhati-hatilah agar amal tidak menjadi sia-sia, bahkan menjadi tekor karenanya. Wallahu A’lam (HMJ)