Pada bulan yang agung ini, banyak sekali keutamaan yang disediakan Allah agar hamba-hambaNya mudah dalam menjalankan ketaatan. Salah satunya sebagaimana gambaran hadits Nabi berikut:
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR. Bukhari)
Menurut hadits ini, ketika bulan Ramadhan masuk, ada tiga hal yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya agar ibadahnya bisa maksimal, yaitu: dibukanya pintu langit, ditutupnya pintu neraka jahannam dan dibelenggunya setan-setan. Dibukanya pintu langit, kalau melihat redaksi lain adalah surga. Sabda Nabi, “Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka.” (HR. Bukhari).
Apa yang dimaksud dengan dibukanya pintu surga? Badruddin Ainy dalam “Umdatul Qaary” (X/266) menyebutkan beberapa makna terkait dibukanya pintu surga. Pertama, memang benar-benar dibuka sesuai dengan hakikatnya. Kedua, banyaknya ketaatan yang ada dalam bulan Ramadhan yang bisa mengantarkan pada surga kemudian dikiaskan dengannya.
Ketiga, Allah membukakan amal-amal bagi hamba-Nya yang bisa memastikan hamba masuk surga, seperti: puasa, shalat tilawah dan semacamnya. Jadi, jalan menuju surga pada saat Ramadhan begitu mudah dan gampang dikabulkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan ditutup atau dikuncinya pintu neraka adalah: sesuai dengan keutamaan puasa yang bisa menjadi perisai bagi hamba. Ditutupnya pintu surga sebagai sarana agar kemaksiatan terputus dan segala keburukan yang membuat masuk neraka bisa ditinggalkan.
Oleh karena itu, dengan sarana ini seyogianya hamba jangan sampai terlewatkan keberkahan bulan Ramadhan. Yang kurang segera diperbaiki, yang sudah bagus ditingkatkan kepada level yang lebih bagus lagi. Ini di antaranya makna pintu neraka ditutup.
Adapun makna dibelenggunya setan, Ibnu Hajar Al-‘Asqalany menukil beberapa pandangan di antaranya pendapat Al-Hulaimy yang menyatakan bahwa setan yang dibelenggu adalah yang biasanya mencuri kabar dari langit. Pada awal malam Ramadhan, mereka dibelenggu.
Makna alternatif lain yang dikemukakan juga adalah bahwa pada bulan Ramadhan setan-setan tidak seleluasa di luar bulan Ramadhan, sebab dalam bulan agung ini ibadah-ibadah yang dilakukan seakan mempersempit gerak setan sebab, syahwat bisa dikontrol melalui ibadah puasa, membaca al-Qur`an dan dzikir kepada Allah.
Makna lain dari Ibnu Huzaimah, Tirmidzi dan semacamnya, yang dimaksud setan di sini adalah para jin jahat.Oleh karena itu, tidak semua yang dibelenggu.
Sekarang, coba sejenak kita membayangkan ketika berbagai pintu ketaatan dibuka seluas-luasnya untuk kita sehingga untuk masuk surga seakan-akan tinggal sejengkal lagi, apakah kita akan menyia-nyiakannya?
Mungkinkah sebaliknya? Justru kita penasaran dan tertarik untuk menyelidiki pintu keburukan yang sudah terkunci rapat, bahkan mencari tahu para pelaku kejahatan yang sedang dibelenggu oleh Allah di bulan agung ini.
Orang yang memili fitrah yang sehat tentu akan lebih suka berbuat taat, sedangkan yang fitrahnya rusak berat, Ramadhan atau bukan terasa sama saja, sebab hatinya telah ditutup oleh berbagai kemaksiatan sehingga tak sanggup menangkap terangnya cahaya Ramadhan yang seharusnya bisa menerangi kelamnya hati. Orang seperti ini bagaikan orang buta di tengah limpahan sinar mentari di siang hari.
Perhatikan riwayat Tirmidzi berikut saat awal malam Ramadhan pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu. Dalam kondisi demikian ada yang menyeru:
يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadlan.” Kira-kira, kita dalam posisi yang mana? (Aza)