Tidak semua yang bisa bersua dengan Ramadhan kemudian otomatis menjadi orang yang beruntung. Berikut ada contoh hadits tentang orang yang menjumpai Ramadhan tapi malah celaka.
Abu Hurairah meriwayatkan:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
“Nabi bersabda: Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya).” (HR. Tirmidzi)
Penulis akan berfokus pada potongan hadits, “dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan,”. Dalam kitab “at-Tuhfah al-Ahwadzi” (IX/372) penjelasan hadits Tirmidzi diterangkan tentang potongan hadits ini bahwa:
)وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ( ثُمَّ انْسَلَخَ أَيِ انْقَضَى قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ أَيْ بِأَنْ لَمْ يَتُبْ أَوْ لَمْ يُعَظِّمْهُ بِالْمُبَالَغَةِ فِي الطَّاعَةِ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ
Maksud kata “insalakha” (keluar atau terlepas) adalah Ramadhan telah berakhir tapi ia belum diampuni dosanya. Bisa jadi karena dia (saat Ramadhan) tidak bertaubat atau tidak mengagungkannya dengan sepenuh pengagungan dalam ketaata hingga dosanya teampuni.
Satu kata lagi yang penting diterangkan maknanya adalah “wa raghima anfu” (celaka). Dalam kitab “Mirqaat al-Mafaatiih” (II/744) ada beberapa makna yang terkandung dari kata ini: hina, rendah, celaka dan rugi. Jadi, orang yang tidak pandai memanfatkan momentum Ramadhan akan hina, rendah, celaka dan rugi di hadapan Allah Ta’ala.
Dari keterangan ini menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berada atau menikmati Ramadhan akan beruntung. Di antara mereka ada yang celaka. Yaitu orang yang tidak bisa memanfatkan momentum ini dengan berbagai amal ketaatan sehingga menyulut ampunan Allah Ta’ala. Ibarat pribahasa Indonesia: seperti orang mati di lumbung padi.
Seyogianya Ramadhan yang merupakan bulan ampunan ini bisa mengantarkan hamba dengan sangat mudah dan cepat mendapat ampunan Allah, malah tidak terampuni atau bahkan jauh dari rahmat-Nya. Inilah orang yang sejatinya celaka di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, kita masih punya waktu untuk mempersiapkan diri menuju Ramadhan. Minimal, dengan persiapan serius kita tidak termasuk orang yang celaka dan kehilangan momentum.
Mari kita sambut pesan Nabi ini, “Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari) (Aza)