Oleh: MB Setiawan
Bagi yang tak begitu pandai membaca al-Qur`an, atau yang terbata-bata dalam tilawahnya, tak perlu berkecil hati. Allah Subhanahu wata’ala akan tetap menilai kesungguhan dan kecintaan kita pada al-Qur`an.
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menganai masalah ini. Di sini akan disebutkan tiga redaksi dengan subtansi yang sama tapi memiliki diksi penekanan yang berbeda.
Pertama, redaksi Bukhari:
مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ، وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ، وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ
“Perumpamaan orang membaca Al Qur`an sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia. Sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al Qur`an dengan tekun, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua ganjaran pahala.” (HR. Bukhari)
Kedua, redaksi Muslim:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ
“Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” (HR. Muslim)
Ketiga, redaksi Abu Dawud:
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ، مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَؤُهُ وَهُوَ يَشْتَدُّ عَلَيْهِ، فَلَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang membaca Al Qur’an dan ia pandai membacanya maka ia bersama para malaikat yang mulia, dan orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan ia mengalami kesulitan dalam membacanya maka baginya dua pahala.” (HR. Abu Dawud).
Ada dua tipe orang yang disebutkan dalam ketiga hadits yang hampir mirip ini. Pertama adalah orang yang memiliki kualifikasi: membaca al-Qur`an, disertai kemahiran dan hafalan. Sedangkan yang kedua adalah orang yang berkualifikasi demikian: membaca al-Qur`an dengan tekun, tapi mengalami kesusahan, berat, terbata-bata (gagap).
Menariknya, kedua-duanya diapresiasi oleh Nabi. Yang pertama memiliki keutamaan dibersamai malaikat yang mulia. Sementara yang kedua mendapat dua ganjaran. Ini menunjukkan bahwa tidak ada alasan untuk tak membaca al-Qur`an meski bagaimana pun kondisi kita.
Mengenai makna dua ganjaran bagi orang yang membaca al-Qur`an secara gagap atau terbata-bata, Ibnu Baththal dalam “Syarh Shahih al-Bukhari” (X/543) menyebutkan riwayat Ibnu Mas’ud: “Barangsiapa membaca al-Qur`an, maka baginya pada tiap-tiap husuf 10 kebaikan. Ganjaran itu akan dilipatgandakan bagi orang yang berat dalam menghafalnya (atau membacanya), maka pada setiap huruf akan diberi 10 kebaikan. Sementara itu, orang yang mahir dalam membacanya, ganjarannya akan berlipat-lipat sampai kadar yang tidak diketahui; karena dia setara dengan malaikat yang mulia.”
Hadits ini setidaknya menjadi peringatan dan motivasi. Peringatan bagi yang bisa dan mahir membaca al-Qur`an dengan lancar agar tidak menyia-nyiakan kesempatan besar ini. Serta motivasi bagi yang tidak bisa membaca dengan lancar agar terus mencoba dan terus mencoba untuk bisa membaca dan lebih dekat serta cinta terhadap al-Qur`an. Apalagi, sekarang adalah Sya’ban, bulannya para pembaca al-Qur`an menuju bulan al-Qur`an (Ramadhan). (Aza)