Hadits kesembilan belas Al-Arba’in karya Imam Nawawi membahas tentang nasihat Nabi yang disampaikan kepada Ibnu Abbash Radhiyallahu ‘anhu. Tema umumnya adalah : jagalah Allah, pasti Allah akan menjagamu.
Nama lengkap Ibnu Abbas adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf Al-Qurasyi. Beliau merupakan anak paman Nabi yang bernama Abbas. Atau bisa juga dikatakan sebagai sepupu Nabi. Ibunya bernama Ummu Fadhl Lubabah binti Harits Al-Hilaaliyah.
Beliau dilahirkan di lembah Bani Hasyim 3 tahun sebelum hijrah ke Madinah saat diisolasi. Ibnu Abbas adalah sahabat agung yang didoakan Nabi diberi ilmu hikmah dan tafsir. Di antara sahabat Nabi yang pakar tafsir adalah beliau. Beliau dijuluki “Turjumanul Qur`an” (Intrepetator al-Qur`an). Beliau wafat di Tha`if pada tahun 68 Hijriah. (Ibnu Hajar, al-Ishaabah, IV/121-130)
Berikut riwayat lengkapnya:
عَنْ أَبِي عَبَّاسٍ عَبْدِ اللهِ بنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النبي صلى الله عليه وسلم يَومَاً فَقَالَ: (يَا غُلاَمُ إِنّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحفَظك، احْفَظِ اللهَ تَجِدهُ تُجَاهَكَ، إِذَاَ سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَاَ اسْتَعَنتَ فَاسْتَعِن بِاللهِ، وَاعْلَم أَنَّ الأُمّة لو اجْتَمَعَت عَلَى أن يَنفَعُوكَ بِشيءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلا بِشيءٍ قَد كَتَبَهُ اللهُ لَك، وإِن اِجْتَمَعوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشيءٍ لَمْ يَضروك إلا بشيءٍ قَد كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفعَت الأَقْلامُ، وَجَفّتِ الصُّحُفُ) رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح – وفي رواية – غير الترمذي: (اِحفظِ اللهَ تَجٍدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إلى اللهِ في الرَّخاءِ يَعرِفْكَ في الشّدةِ، وَاعْلَم أن مَا أَخطأكَ لَمْ يَكُن لِيُصيبكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُن لِيُخطِئكَ، وَاعْلَمْ أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَربِ، وَأَنَّ مَعَ العُسرِ يُسراً)
Dari Ibnu Abbas berkata: Aku pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam pada suatu hari, beliau bersabda: “Hai Nak! Sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya dihadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (maksudnya takdir telah ditetapkan) ”
Dalam riwayat lain selain Tirmidzi disebutkan: “Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya di hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit. Ketahuilah apa yang akan kamu dapatkan tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan kamu dapatkan. Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan.” Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dan hukumnya Shahih.
Syekh Ibnu Utsaimin mengambil beberapa pelajaran dari hadits ini.
Pertama, pergaulan yang lemah lembut yang ditunjukkan Nabi pada anak.
Kedua, orang yang hendak menyampaikan hal penting, perlu mendahulinya dengan perkataan yang menari perhatian.
Ketiga, orang yang menjaga Allah, pasti akan dijaga oleh Allah.
Keempat, orang yang menyia-nyiakanNya (maksudnya menyiakan agama-Nya), pasti akan disia-siakan.
Kelima, orang yang menjaga Allah ‘azza wajalla akan diberi hidayah dan ditunjukkan pada hal yang baik untuknya serta dilindungi dari keburukan.
Keenam, jika hamba butuh pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Meski begitu, tidak terlarang memohon pertolongan kepada manusia, maksudnya meminta bantuan. Selama bukan masalah yang merusak tauhid.
Ketujuh, tidak ada suatu umat pun yang bisa memberi manfaat pada umat lain, melainkan sudah tercatat dalam Lauhil mahfudz.
Kedelapan, seorang hamba harus menggantungkan harapannya kepada Allah dan tidak menoleh pada makhluk, karena makhluk tidak bisa memberi manfaat atau bahaya. Kesembilan, segala sesuatu sudat tercatat takdirnya. Kesepuluh, jika seseorang ingat Allah dengan menaati-Nya saat sehat atau lapang, maka Allah akan mengingatnya di waktu susah. (Aza)