Indonesiainside.id, Jakarta – Pemerintah Solamia mencatat terdapat peningkatan kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir. Mayoritas dair mereka yang terinfeksi adalah kaum muda.
Sejauh ini telah ada 237 kasus yang dikonfirmasi dan delapan kematian di negara ini. Bahkan, kasus meninggal dialami oleh seorang anggota parlemen dan salah satu menteri.
“Peningkatan tajam ini disebabkan oleh fakta bahwa kami menguji pasien dengan semua gejala. Jadi bukan melalui pelacakan kontak,” kata Mohamed M Ali Fuje, kepala petugas medis, dilansir dari laman The Guardian, Kamis (23/4).
Sembilan puluh persen dari kasus yang dikonfirmasi ada di ibukota, Mogadishu. Meskipun pemerintah telah membuat langkah-langkah untuk mengatasi persebaran virus, perilaku masyarakat yang semakin meluas sulit untuk dihindari dan dihentikan. Masyarakat Somalia masih terus berkumpul di masjid-masjid, dan berkumpul dalam jumlah banyak di kedai teh dan restoran. Dimana tindakan tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi.
“Hidup normal di sini. Sepertinya pandemi global ini belum sampai di negara kami,” kata Khadija Hassan, seorang penduduk di Mogadishu.
Namun secara pribadi, Hassan tidak akan meninggalkan rumah selama dua minggu karena dia melihat orang-orang di lingkungannya sudah menunjukkan gejala Covid-19. Mereka mengaku kehilangan indera penciuman, demam, dan batuk. Tetapi mereka mengatakan itu hanya flu biasa karena mereka terus bersosialisasi tanpa jarak sosial.
Pekan lalu pemerintah memberlakukan jam malam dan penutupan sekolah-sekolah. Tetapi jalanan tetap penuh. “Seolah-olah sekolah ditutup untuk libur,” ujar Hassan.
“Para siswa dan anak-anak bebas berkeliaran di jalan-jalan. Mereka bermain sepak bola dan berkumpul di kerumunan di lingkungan itu,” jelasnya.
Ada juga kekhawatiran bahwa virus itu mungkin telah menyebar ke permukiman padat kota dimana ada sekitar 800.000 orang tinggal disana. Dalam kondisi kamp yang sempit dan jorok, tidak begitu banyak yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus.
Namun, terdapat kekhawatiran lain yang dirasakan oleh Pemerintah Somalia, yaitu tentang isu bahwa virus Covid-19 tidak mempengaruhi umat Islam. Masyarakat Somalia sudah banyak yang mendengar bahwa virus ini merupakan hukuman bagi orang yang menindas umat Islam.
Terlebih, terdapat kelompok militan al-Shabaab, yang menguasai pemikiran rakyat beragama di Somalia selatan dan tengah. Kelompok itu juga mengatakan isu serupa.
Awal bulan ini, seorang ulama kontroversial mengklaim bahwa dia akan menyembuhkan pasien Covid-19 menggunakan Al-Qu’ran dan telah meminta orang untuk mencari bantuannya. “Jika saya gagal menyembuhkannya, tembak kepala saya,” katanya dalam sebuah video yang diposting di Facebook.
Dalam video lain, dia mengklaim telah menyembuhkan seorang pasien dari London melalui telepon, dan dia telah berjanji untuk merawat diaspora Somalia jika mereka menghubunginya. Dia juga mengklaim telah berhasil menyembuhkan pasien dengan penyakit HIV di masa lalu.
Ulama Muslim, termasuk salah satu ulama Somalia yang paling disegani, Sheikh Maxamed Umal, dengan cepat menyangkal peristiwa tersebut. Dia mendorong warga untuk melindungi diri mereka sendiri dan mendengarkan nasihat medis jika mereka merasa sakit. (CK)