Rasulullah SAW akan bersama-sama dengan para pengurus anak yatim di surga kelak. Karena itu, siapa pun yang ingin bersama Rasulullah, sayangi dan perhatikanlah anak yatim.
Rasulullah SAW terlahir sebagai anak yatim. Ayahnya meninggal ketika Rasulullah belum lahir. Rasulullah SAW kemudian dibesarkan oleh orang-orang terdekat beliau dengan segenap kasih sayang dan cinta yang begitu luar biasa.
Dalam perjalanan Rasulullah, beliau tumbuh menjadi seorang anak yang tetap sempurna, walaupun kehilangan satu sayap penting dalam kehidupannya, yaitu sang ayah.
Hal inilah yang diingatkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam Surat Ad-Duha: “Alam yajidka yatiiman fa aawa”. Artinya, “Tidakkah Tuhanmu mendapatimu sebagai seorang anak yatim kemudian Dia melindungimu?”
Rasulullah SAW tentu sangat merasakan betapa orang-orang yang ada di sekitarnya menyayanginya, mengasihinya, membesarkannya dengan penuh kasih sayang mereka.
Hal ini menjadi titik balik yang sangat penting bagi Rasulullah SAW ketika beliau kemudian tumbuh menjadi seorang dewasa dan menjadi seorang pemuda. Bahkan menjadi seorang besar yang dihargai dan dihormati oleh siapa pun.
Rasulullah SAW kemudian berbalik bahwa apa yang beliau capai pada masa-masa itu tidak lepas dari jasa orang-orang terdekatnya. Tidak bisa dipungkiri adanya kontribusi dari orang-orang di sekitar Rasulullah SAW di masa kecilnya.
Ketika dia sedang dalam kondisi yang susah sebagai anak kecil maupun anak yatim. maka Allah pun mengingatkan seperti itu.
“Fa ammal yatiima falaa taqhar”.
Maka terhadap anak-anak yatim itu, jangan engkau eksploitasi, jangan jadikan mereka sebagai obyek untuk mendapatkan kesenanganmu dan sebagainya.
Jangan engkau desak hidupnya untuk kemudian mereka menjadi sulit. Mereka harus tumbuh seimbang, tumbuh dengan baik sebagaimana engkau dulu sebagai anak yatim, tumbuh dengan baik.
Maka kemudian Rasulullah SAW menjadikan ini sebagai bahan yang sangat luar biasa dalam syariat beliau, yaitu dalam syariat Islam, bahwa mengurus anak yatim merupakan keutamaan yang sangat luar biasa.
Rasulullah mengatakan “Ana wa kaafilul yatim fil jannati hakadza”. Aku bersama pengurus anak, pengasuh anak yatim di surga itu seperti ini.
Artinya, tidak ada pemisah antara beliau dan pengasuh anak yatim di dalam surga. Betapa dalam Islam, kita melihat banyak sekali anak-anak yatim yang menentukan perjalanan sejarah Islam.
Nabi Islam dan banyak ulama adalah pernah hidup sebagai anak yatim. Ulama-ulama besar, pemimpin besar, banyak di antara mereka yang yatim.
Anak yatim bukan semata-mata kehilangan seorang ayah. Anak yatim pada intinya adalah ketika seorang anak kehilangan kasih sayang yang sepatutnya.
Maka siapa pun harus memperhatikan anak yatim dalam arti memberikan kasih sayang yang sepatutnya, sebagaimana Anak-anak yang lain mendapatkwn kasih sayang dari ayahnya. (Aza/Muhajir)