Aisyah Radiyallahu ‘anha adalah istri Rasulullah SAW. Beliau adalah satu-satunya gadis yang dinikahi oleh Rasulullah.
Maka ada perlakuan berbeda Rasulullah antara Aisyah dengan istri yang lain. Di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Aisyah Ra sebagai pelajaran bagi kita semua. Rasulullah sangat menimbang kondisi istrinya sesuai dengan usianya, atau sesuai dengan lingkungannya.
Maka kita lihat, kita dapati bahwa Rasulullah SAW membiarkan Aisyah bermain dengan teman-teman sebayanya, meskipun itu berada di dalam rumahnya. Aisyah juga bermain dengan mainannya, yaitu boneka pada masa itu.
Aisyah diperlakukan oleh Rasulullah selayaknya sebagai anak remaja yang tumbuh dengan segala kondisi. Dia tumbuh sesuai perkembangan psikologis atau kejiwaannya.
Suatu ketika Rasulullah dalam perjalanan bersama Aisyah, lalu beristirahat. Para sahabat lainnya juga beristirahat di situ. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah:
“Aisyah, ayo kita lari, siapa yang dulu mencapai pohon itu”.
Maka Rasulullah pun bersama Aisyah berlari, berlomba, dan ternyata Aisyah menang. Kemudian setahun atau beberapa tahun berikutnya, dalam perjalanan juga, Rasulullah beristirahat. Lalu beliau mengajak aisyah pada kegiatan yang sama. Beliau minta berlari, berlomba bersama Aisyah.
Aisyah mengatakan “ketika itu aku sudah mulai gemuk”. Artinya tidak seperti dulu ketika masih kurus. Maka kali ini, Aisyah kalah. Rasulullah tiba tiba berkata;
“Kemenangan ini untuk membalas kekalahanku pada waktu dulu”.
Artinya, Rasulullah SAW mencoba unthk menempatkan diri pada posisi yang bisa dirasakan begitu dekat oleh Asiyah sebagai anak remaja pada masa itu.
Rasulullah SAW Sampai mengingat satu peristiwa yang bagi beliau itu penting untuk menghangatkan hubungan suami istri dengan Aisyah, dengan dua kejadian berbeda. Yaitu, di mana di pertandingan pertama beliau kalah namun di prrtandingan kedua beliau menang.
Maka beliau mengatakan, “Kemenangan ini untuk membalas kekalahanku pada waktu dulu”. (Aza/Muhajir)