Di dunia maya, masyarakat sedang dihebohkan suatu peristiwa yang bakal terjadi pada pertengahan Ramadhan malam Jum’at yaitu adanya sura dari langit yang menimbulkan bencana dahsyat. Bagaimanakah kedudukan hadits ini bilia ditinjau dari sisi ilmu hadits?
Hadits ini di antaranya diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dalam “al-Mu’jam al-Kabir”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
«يَكُونُ فِي رَمَضَانَ صَوْتٌ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ فِي أَوَّلِهِ أَو فِي وَسَطِهِ أَو فِي آخِرِهِ؟ قَالَ: «لَا، بَلْ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ، إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ يَكُونُ صَوْتٌ مِنَ السَّمَاءِ يُصْعَقُ لَهُ سَبْعُونَ أَلْفًا، وَيُخْرَسُ سَبْعُونَ أَلْفًا، وَيُعْمَى سَبْعُونَ أَلْفًا، وَيُصِمُّ سَبْعُونَ أَلْفًا» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ فَمَنِ السَّالِمُ مِنْ أُمَّتِكَ؟ قَالَ: «مَنْ لَزِمَ بَيْتَهُ، وَتَعَوَّذَ بِالسُّجُودِ، وَجَهَرَ بِالتَّكْبِيرِ لِلَّهِ، ثُمَّ يَتْبَعُهُ صَوْتٌ آخَرُ، وَالصَّوْتُ الْأَوَّلُ صَوْتُ جِبْرِيلَ، وَالثَّانِي صَوْتُ الشَّيْطَانِ، فَالصَّوْتُ فِي رَمَضَانَ، وَالمَعْمَعَةُ فِي شَوَّالٍ، وَتُمَيَّزُ الْقَبَائِلُ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَيَغَارُ عَلَى الْحُجَّاجِ فِي ذِي الْحِجَّةِ وَفِي الْمُحْرِمِ، وَمَا الْمُحْرَّمُ؟ أَوَّلُهُ بَلَاءٌ عَلَى أُمَّتِي، وَآخِرُهُ فَرَحٌ لِأُمَّتِي
Rasulullah SAW bersabda: “Akan terjadi suara (keras) di ramadhan. mereka berkata, “Di awal di tengah atau di akhirnya? Beliau menjawab, “Tidak, akan tetapi di pertengahan bulan Ramadhan, yaitu apabila pertengahan bulan Ramadhan terjadi pada hari Jumat, maka akan ada suara dari langit, karena suara itu akan tersungkur 70.000 orang, menjadi bisu 70.000 orang, menjadi buta 70.000 orang, menjadi tuli 70.000 orang, mereka bertanya, “Siapa yang selamat dari umatmu? Beliau menjawab, ‘Siapa yang tetap di dalam rumahnya, meminta perlindungan dengan sujud dan mengeraskan ucapan takbir kepada Allah. Kemudian disusul suara lainnya. Suara pertama adalah suara Jibril sedangkan suara kedua adalah suara setan. Dan suara ini terjadi di Ramadhan, di Syawal akan terjadi huru-hara, Dzulqo’dah akan terjadi perselisihan antar kabilah, di Dzulhijjah para Jemaah haji akan diserang, sedangkan di bulan Muharram, tahukah kalian bulan Muharram? Awalnya adalah ujian bagi umatku, akhirnya adalah kebahagiaan bagi umatku…” (HR. Thabrani)
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani, Ibnu Abi Ashim dari Fairuz Ad-Dailami. Mengenai status hadits ini, Al-Haitsami dalam buku “Majma’ al-Zawaa`id” (VII/310) menyebutkan bahwa di dalam sanadnya ada periwayat bernama Abdul Wahab bin Dhahhak, hadiysnya Matruk (Ditinggalkan).
Jadi, setatus hadits ini sangat lemah, dan tidak bisa dijadikan sebagai argumentasi atas peristiwa besar itu. Kalau pun ada hadits lain yang menguatkan, akan tetapi semuanya lemah sekali sehingga tidak bisa menjadi penguat.
Bagi yang suka mendengar berita ini, jangan langsung cemas atau takut. Kalau pun Allah takdirkan terjadi, yang terpenting bukan kejadian itu sendiri, tapi seberapa siap bekal kita menuju akhirat. Dalam khazana ulama hadits, hadits lemah yang dipakai itu kondisinya tidak sangat lemah atau parah kelemahannya. Itu pun bukan untuk dipakai untuk masalah-masalah hukum, akidah dan semacamnya. Biasanya dipakai dalam keutamaan-keutamaan amal sebagai motivasi. Wallahu a’lam. (Aza)