Ada yang menarik dalam susunan ayat Alquran Surat Al-Insan. Allah SWT menyebut yatim, miskin, dan tawanan sebagai orang yang harus diperlakukan dengan baik dan diberi makanan yang enak-enak.
Allah SWT berfirman dalam Alquran:
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
(Wa yuṭ’imụnaṭ-ṭa’āma ‘alā ḥubbihī miskīnaw wa yatīmaw wa asīrā)
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (Quran Surat Al-Insan Ayat 8)
Tafsir ayat ini adalah: Dan mereka memberikan makanan dalam kondisi mereka menginginkannya karena mereka juga membutuhkannya dan menyukainya, mereka memberikan makan kepada orang-orang yang membutuhkan dari kalangan orang-orang fakir, anak-anak yatim dan para tawanan.
Itulah cara Islam melakukan pendekatan pada musuh-musuhnya. Jika mereka (musuh Islam) tertawan, itu sebenarnya kesempatan yang sangat luar biasa bagi tawanan dan kaum muslimin menunjukkan hakikat Islam sampai betul-betul mereka melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.
Maka di antara yang dilakukan adalah memberikan makanan yang enak-enak, memperlakukan mereka dengan baik baik, sehingga hati mereka tertawan sebelum fisik mereka yang ditawan.
Abu Laas Ibnu Rabi’, salah satunya. Ketika dia menjadi tawanan dalam perang Badar, dia mengatakan:
“Aku ditawan oleh orang-orang Anshar. Ketika kami sedang menempuh perjalanan, orang-orang Anshar yang kala itu tidak memiliki banyak kendaraan atau tidak cukup kendaraannya, mereka mempersilakan aku sebagai tawanan mereka untuk naik kendaraan. Sementara mereka berjalan kaki.”
Kemudian dia melanjutkan, “Apabila kami beristirahat, makanan pun dihidangkan. Maka orang Anshar itu akan memberikan makanan yang enak kepadaku, dan mereka memakan makanan yang biasa biasa saja.”
Masya Allah. Inilah cara Islam untuk menundukkan dan menaklukkan hati orang-orang yang memusuhinya sampai kemudian berubah menjadi orang yang dekat dengan Islam.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ
(Wa lā tastawil-ḥasanatu wa las-sayyi`ah, idfa’ billatī hiya aḥsanu fa iżallażī bainaka wa bainahụ ‘adāwatung ka`annahụ waliyyun ḥamīm)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Quran Surat Fussilat Ayat 34)
Tafsirnya, tidak sama melakukan berbagai kebaikan dan ketaatan yang diridai oleh Allah dengan melakukan berbagai keburukan dan kemaksiatan yang dimurkai-Nya. Balaslah tindakan buruk orang-orang yang berlaku buruk kepadamu dengan cara yang lebih baik, maka orang yang sebelumnya memiliki permusuhan denganmu, jika kamu menolak tindakan buruknya dengan kebaikan, menjadi seolah-olah teman yang dekat. (Aza/Muhajir)