Ada banyak jalan orang untuk bertaubat. Pada kisah ini, kisah tobatnya sangat unik. Seorang pimpinan perampok insaf karena melakukan ibadah dalam aksi kejahatannya.
Ibnu Sam’un bercerita, suatu hari Asy-Syibli mengisahkan kepadanya sebuah kisah menarik berkaitan dengan orang yang bertaubat karena puasa.
Suatu ketika, ia sedang bersama kafilah dagang menuju Syam. Di tengah perjalanan, ada orang Arab badui merampok dan mengambil seluruh barang kafilah.
Kemudian mereka mengeluarkan minuman memabukkan dan makanan. Mereka asyik menikmatinya, sementara pimpinan perampok tidak ikut menikmatinya.
Asy-Syibli pun keheranan. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya, “Kenapa engkau tidak ikut menikmati makan dan minum bersama mereka?” tanya Asy-Syibli.
“Aku sedang berpuasa,” jawabnya singkat.
“Hah, kamu merampok, merampas harta, membunuh orang, tapi berpuasa?”
Ia menimpali, “Wahai syekh, aku berjanji untuk untuk bebuat damai suatu hari.” Maksudnya aku berpuasa supaya bisa insaf. Singkat cerita, akhirnya kafilah dilepas dengan aman.
Pada beberapa tahun kemudian, Asy-Syibli melihat pimpinan perampok itu sedang bertawaf di Ka’bah dengan memakai kain ihram.
Asy-Syibli menyapa, “Bukankah engkau laki-laki yang waktu itu merampok kami?”
Dengan tenang dan meyakinkan pimpinan perampok itu berkata, “Justru puasa itulah yang mengantarkanku hingga sampai pada posisi seperti ini.” Kisah singkat ini ditulis oleh Ibnu Qudamah dalam kitab “At-Tawwabin” (2003: 163, 164).
Banyak sekali cerita orang tobat di puncak maksiat. Bukankah Umar bin Khattab sebelum akhirnya menerima hidayah Islam, beliau hendak membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?
Demikian pula Fudhail bin Iyadh, sebelum menjadi ulama kenamaan, dirinya adalah seorang pencuri bahkan perampok yang sangat ditakuti. Namun, justru hidayah dating saat dia melakukan aksi kejahatannya dan mendengar ayat suci al-Qur`an dilantunkan.
Tak jauh beda dengan Malik bin Dinar, sebelum tobat, beliau adalah seorang polisi yang suka mabuk-mabukan dan sukan bermain dengan wanita. Dia menjadi insaf saat anak perempuannya meninggal dan bermimpi dikejar ular di akhirat hingga diselamatkan anaknya.
Kembali ke kisah pimpinan perampok yang insaf. Mungkin terlihat sesuatu yang bertentangan antara perampokan dan ibadah puasa. Namun, justru itu merupakan awal komitmennya untuk hijrah dari kemaksiatan itu.
Dalam aksinya itu dia mungkin tak berhenti mengevaluasi diri bersamaan dengan ibadah puasanya, bahwa seharusnya orang puasa itu mengendalikan diri dari syahwat, membuat orang lain aman, tak dikuasai oleh hawa nafsu.
Luar biasa. Beberapa tahun kemudian terbukti. Dia mampu bertobat dengan tobat nasuha yang sungguh-sungguh, dan bisa menunaikan haji di Baitullah. Kisah ini menunjukkan pelajaran penting bahwa jangan pernah berputus asa untuk bertobat sejahat dan seburuk apapun kesalahan yang pernah dilakukan. (Aza)