Qul huwallahu Ahad disebut Surat al-Ikhlas. Disebut demikian karena dikhususkan untuk menyebutkan nama-nama Allah SWT dan sifat-sifat-Nya. Orang yang membacanya dengan penuh keyakinan, berarti dia telah memurnikan ketauhidannya karena Allah SWT.
Surat al-Ikhlas memiliki keutamaan yang agung karena mencakup nama Allah yang paling agung. Jika Allah dimintai dengan nama tersebut, pasti Dia akan memberi. Jika dimohon dengannya, pasti Dia akan mengabulkan.
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha: Bahwasanya Nabi SAW mengutus seseorang memimpin brigade, lalu ia membacakan (suatu surat) kepada sahabat-sahabatnya dalam shalat mereka, dan mengakhiri bacaan dengan surat al-Ikhlas. Ketika mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda, ‘Kalian tanyakanlah kepadanya, untuk apa dia berbuat demikian’. Kemudian mereka bertanya kepadanya, maka ia menjawab, ‘Karena surat tersebut (mengandung) sifat Yang Maha Pengasih, dan aku menyukai untuk membacanya (dalam shalat)’. Rasulullah SAW bersabda, ‘Beritahukanlah kepadanya bahwasanya Allah mencintainya’. (HR Muttafaq alaih, Bukhari 13/347-348 no 7375; Muslim 1/557 no 813;dan an-Nasa’i 2/171 no 2)
Kemudian, dari Abdullah bin Buraidah, dari bapaknya, ia berkata: Nabi SAW pernah mendengar seseorang mengucapkan, ‘Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, bahwasanya Engkaulah Yang Maha Esa, tempat bergantung yang tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, dan tidak ada seorang pun yang sebanding dengan-Nya, lalu Rasulullah SAW bersabda: ‘Sungguh dia telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya yang paling agung di mana jika Dia diminta dengan nama itu, pasti Dia akan memberi, dan jika Dia dimohon dengannya, pasti Dia akan mengabulkan’. (HR Tirmidzi, 5/178, no 3542; Abu Dawud, 4/362, no 1479; Ibnu Majah, 2/1267, no 3857)
Dan dari Anas bahwa seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mencintau surat ini (al-Ikhlas)”. Maka beliau bersabda, “Sungguh kecintaanmu terhadap surat itu akan memasukkanmu ke dalam surga.” (HR Tirmidzi, 4/243, no 3065)
Keutamaan surat al-Ikhlas juga adalah surat tersebut sama dengan sepertiga al-Qur’an karena al-Qur’an semuanya dari awal sampai terakhirnya adalah tauhid. Disebutkan bahwa kandungan Al-Qur’an adalah:
- Berita tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Inilah yang disebut dengan tauhid ‘ilmi khabari.
- Seruan untuk beribadah kepada-Nya semata, tiada sekutu bag-Nya, serta melepaskan apa saja yang disembah selain Allah. Inilah yang disebut dengan tauhid thalabi dan iradi.
- Perintah, larangan, dan komitmen untuk taat kepada-Nya. Ini adalah hak-hak tauhid dan penyempurna-penyempurnanya.
- Berita-berita tentang orang-orang yang mengesakan Allah serta tentang sebab yang membuat Allah memuliakan mereka di dunia, dan apa-apa yang Allah persiapkan bagi mereka di akhirat berupa kenikmatan yang agung. Hal itu sebagai balasan bagi orang yang mentauhidkan Allah.
- Berita tentang syirik dan pelakunya serta apa-apa yang menimpa mereka berupa siksaan di dunia dan apa-apa yang telah disiapkan oleh Allah di akhirat berupa siksaan. Hal ini sebagai balasan bagi orang-orang yang menentang tauhid dan terjerumus ke jurang kesyirikan.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an semuanya berisi tentang tauhid dan pelakunya serta balasan bagi mereka. Begitu juga berisi tentang syirik dan pelakunya, serta balasan bagi mereka. Jadi al-Qur’an, dari awal sampai akhirnya, adalah tauhid.
Dalam buku Ahbabullah (Orang-Orang yang Dicintai Allah), karya Abdul Azhim bin Badawi al Khalafi menulis bahwa tauhid itu terbagi atas tiga bagian, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa Sifat. Surat al-Ikhlas telah dikhususkan untuk Tauhid Asma wa Sifat. Karena itulah, surat tersebut disamakan dengan sepertiga al-Qur’an.
Menurut Al-Ghazali, misi al-Qur’an ada tiga, yaitu membuat hamba mengenal Allah, mengerti akhirat, dan mengerti akan jalan lurus. Misi itu adalah dasarnya, sedangkan yang selainnya mengikutinya. Surat al-Ikhlas telah disendirikan untuk menyebutkan pengertian akan Allah SWT, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya. Karena itulah al-Qur’an disebut sama dengan sepertiga al-Qur’an.
Nabi SAW memerintahkan agar membacanya dengan al-Mu’awwidzatain (Surat al-Falaq dan surat an-Nas setiap selesai shalat, dan ketika akan tidur, beliau menyatukan kedua telapak tangannya lalu meniupkan ke dalamnya kemudian membacakan surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, lalu mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, serta bagian depan dari badannya.
Jika beliau sakit, maka beliau melakukan seperti itu. Ketika beliau sakit dan merasa lemah untuk membaca dan bergerak, maka Aisyahlah yang menyatukan kedua telapak tangan beliau, lalu membacakan dan meniupkan ke dalamnya, kemudian mengusapkan keduanya pada badan Rasulullah SAW. Begitu pula, Rasulullah memerintahkan untuk membaca surat al-Ikhlas dan muawwidzatain di waktu pagi dan sore sebanyak tiga kali-tiga kali.
Kata “Qul (katakanlah)” adalah titah bagi Nabi SAW dan bagi setiap yang bisa diajak bicara. Maknanya adalah katakanlah dengan ucapan yang pasti, penuh keyakinan dengan hati, mengerti dan mengetahui “Qul huwallahu Ahad (katakanlah, Dialah Allah yang Maha Esa). (Aza)