Kasih sayang antar manusia adalah fitriyah. Islam punya metode untuk memupuk kasih sayang dan saling mencintai. Salah satunya dengan cara menyebarkan salam dan bersalaman.
Dalam syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi menurunkan satu Bab berjudul “Di antara kewajiban seorang muslim adalah menjawab salam.” Dalam bab tersebut memuat hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dimana Rasulullah shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim)
Abu Hurairah juga menyampaikan hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Apakah kalian ingin aku tunjukkan kepada suatu hal yang jika kalian amalkan, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Imam Muslim, Abu Dawud. ath-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Adapun pahala mengucapkan salam itu berjenjang. Ada minimalis, ada maksimalis. Imran bin Husain menuturkan, bahwa pernah ada seseorang datang ke Rasulullah dan mengucapkan, “Assalamu’alaikum.” Maka beliau menjawab, “Sepuluh.” Datang lagi seseorang dengan mengucapkan, “Assalamu’alaikum wa rahmatulahi.” Beliau menjawab, “Dua puluh.” Lalu, datang lagi seseorang dengan mengcapkan, “Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu.” Maka beliau menjawab, “Tiga puluh.” (HR. Imam ath-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa’i)
Salaman
Sahabat Anas bin Malik pernah ditanya oleh Qatadah:
أَكَانَتِ الْمُصَافَحَةُ فِى أَصْحَابِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ نَعَمْ
“Apakah berjabat tangan dilakukan di tengah-tengah sahabat Nabi shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?” Anas menjawab, “Iya.” (HR. Imam Bukhar)
Lalu, apa pahala yang didapat dengan berjabat tangan? Dinarasikan oleh Al Bara’ bin ‘Azib, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua muslim itu bertemu lalu berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah.” (HR. Imam Abu Daud, Ibnu Majah: dan At-Tirmidzi)
Di era Covid-19 ini, dari 2 sunnah tersebut, ada satu yang mulai hilang, yakni bersalaman atau jabat tangan. Mengucapkan salam antar sesama muslim masih terjadi, tetapi bersalaman itu yang hilang. Jika bersalaman khawatir menyebarkan Covid-19, maka cara ini bisa dilakukan. Bersalaman lalu tangan-tangan kita disemprot dengan hand sanitizer. Bersalaman menggugurkan dosa-dosa di antara anak-anak manusia,menyemprot tangan dengan hand sanitizer akan membunuh Covid-19. Menggugurkan dosa-dosa di antara kita menjadi sebab terbukanya jalan menuju surga. Wallahu A’lam (HMJ)