Shalih Alaihis Salam tinggal bersama kaum Tsamud di Al-Hijr, daerah pegunungan bebatuan yang terletak antara Madinah dengan Suriah (Syam). Tsamud diambil dari nama kakek mereka, Tsamud, yang bersaudara dengan Judais. Tsamud dan Judais adalah putra dari Atsir bin Iram bin Syam bin Nuh. Beberapa abad setelah kaum ‘Ad dimusnahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, muncullah kaum Tsamud yang merupakan suku bangsa Arab asli.
Seiring dengan perjalanan waktu, daerah ini tumbuh subur.Pertanian berjalan baik, perdagangan juga menguntungkan. Kaum Tsamud hidup makmur dan serba berkecukupan. Ironinya, kemakmuran itu tidak membuatnya bersyukur, tetapi malah kufur. Sebagaimana kaum ‘Ad, kaum Tsamud juga penyembah berhala.
Ajakan Nabi Shalih Alaihis Salam untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak dihiraukan, terutama oleh mereka dari kalangan berpunya dan terdidik. Bahkan, mereka memanggil Nabi Shalih hanya dengan menyebut “nama”-nya saja, karena mereka mengingkari bahwa Shalih adalah seorang nabi dan rasul yang diutus Allah untuk mendakwahi kaum Tsamud, kaumnya sendiri.
Shalih Alaihis Salam diberi mu’jizat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yakni, bisa mengeluarkan onta betina dari dalam bongkahan batu. Kepada kaumnya, Shalih berpesan agar onta betina tersebut jangan diganggu, apalagi dibunuh. Tetapi, yang terjadi sebaliknya. Onta tersebut malah dibunuh oleh para pemuda brandal yang selalu menentang dakwahnya.
Bahkan, kaum Tsamud menantang agar Shalih Alaihis Salam segera menunjukkan ancaman siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dijanjikan. Tidak lama setelah mereka menantang siksa Allah tersebut, mereka ditimpa kepanikan yang luar biasa. Terjadi gempa besar, halilintar menyambar-nyambar dengan suara yang memekakkan telinga. Berbagai bangunan hancur berkeping-keping. Tanaman rusak, binatang ternak musnah, begitu pula kaum Tsamud yang durhaka itu. Nabi Shalih dan pengikut setianya diselamatkan oleh Allah atas azab tersebut
Adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama para sahabat pernah singgah di Tabuk, lalu mengunjungi Al-Hijr. Sampailah mereka di sumur tempat onta betina Nabi Shalih Alaihis Salam meminum airnya. Tetapi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mewanti-wanti, agar para sahabat tidak memasuki daerah dimana kaum Tsamud dibumihanguskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Peringatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para sahabat agar tidak memasuki wilayah yang diazab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut, diabadikan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, “Janganlah kalian masuk ke tempat orang-orang yang diazab melainkan kalian menangis. Jika kalian tidak menangis, maka janganlah kalian memasukinya, dikhawatirkan kalian akan ditimpa apa yang telah menimpa mereka.”
Dikisahkan juga, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati Al-Hijr, beliau menutupi kepalanya dan mempercepat binatang yang ditumpanginya, serta melarang para sahabat memasukinya kecuali mereka menangis. Hal ini menujukkan bahwa betapa dahsyat dan mengerikannya malapetaka yang diazabkan kepada kaum Nabi Shalih Alaihis Salam.
Dalam al-Qur’an, kisah dakwah Nabi Shalih Alaihis Salam diabadikan di empat surah, yaitu: surah Al-A’raf/7: 73-79; surah Hud/11: 61-68; surah Asy-Syu’ara/26: 141-159; dan surah An-Naml/27: 45-53.