Yusuf Alaihis Salam adalah seorang Nabi yang mulia. Imam Ahmad mengeluarkan hadits yang dinarasikan oleh Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya orang mulia putera orang mulia, putera orang mulia, putera orang mulia: Yusuf putera Ya’qub putera Ishaq putera Ibrahim khalilurrahman (kekasih Allah).
Benar, Yusuf Alaihis Salam adalah cicit dari Nabi Ibrahim Alaihis Salam dari istri Sara yang melahirkan Ishaq Alaihis Salam. Adapun Ishaq punya anak bernama Ya’qub Alaihis Salam. Ya’qub inilah ayah dari Yusuf. Istilah cicit sendiri adalah anak dari cucu. Jadi, secara berurutan: orangtua, anak, cucu, cicit atau buyut. Yusuf adalah putera Ya’qub dari isteri kedunya, Rahil binti Laban. Dari ibu Rahil ini lahir Yusuf dan Bunyamin. Sedangkan dengan isteri pertamanya, Ya’qub punya 10 anak. Rahil wafat ketika Yusuf dan Bunyamin masih kecil.
Yusuf dan Bunyamin adalah anak-anak yang disayangi oleh Ya’qub Alaihis Salam karena pintar, jujur, sopan, dan menyejukkan. Inilah yang membuat saudara-saudara atau kakak-kakaknya yang lain ibu itu measa iri hati. Iri hati tersebut membuat saudara-saudara Yusuf Alaihs Salam ada yang punya ide untuk membunuhnya. Tetapi, salah seorang dari mereka tidak setuju jika Yusuf dibunuh.
Lalu muncul ide dari salah seorang kakak Yusuf: bagaimana kalau Yusuf dimasukkan ke dalam sumur. Harapannya, nanti Yusuf akan diambil oleh para pedagang Madyan yang selalu melewati sumur tersebut. Ide itu disetujui oleh kakak-kakak Yusuf tersebut.
Dan benar. Yusuf dimasukkan ke dalam sumur. Lalu saudagar dari Madyan menyelamatkannya dan menjualnya kepada salah seorang pembesar Mesir. Yusuf diambil sebagai anak angkat. Ternyata, dalam perkembangannya, ketika Yusuf beranjak baligh, isteri pembesar yang juga ibu angkatnya itu tertarik padanya. Tetapi, Yusuf menolaknya. Lalu, Yusuf pun difitnah oleh isteri pembesar Mesir tersebut. Fitnah itu yang mengantarkannya ke penjara.
Rupanya, Yusuf Alaihis Salam dikarunia Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai orang yang ahli menafsirkan mimpi. Di dalam penjara, Yusuf berkenalan dengan 2 orang pembantu raja yang juga sedang menjalani hukuman. Dua orang ini pernah bermimpi dan meminta Yusuf menafsirkan mimpi mereka.
Selepas menjalani hukuman, 2 orang pembantu raja tersebut kembali ke kerajaan, kembali melayani raja dengan membuatkan makanan dan minuman. Suatu hari, Raja Mesir tersebut bermimpi, tetapi tidak seorang pun mampu menafsirkan mimpi tersebut. Teringatlah kedua pelayan raja kepada Yusuf. Maka, atas persetujuan Raja, Yusuf dihadirkan untuk menafsirkan arti mimpi sang Raja. Rupanya, Raja berkenan. Dan Yusuf pun dibebaskan. Namanya direhabilitasi. Lambat laun Yusuf mendapat kedudukan terhormat di Kerajaan Mesir. Yusuf jadi seorang pembesar kerajaan.
Dari sinilah akhirnya Yusuf Alaihis Salam bisa bertemu dengan saudara-saudaranya, baik dengan Bunyamin maupun dengan saudara-saudara seayah lain ibu yang pernah menjatuhkannya ke dalam sumur. Ayah Yusuf, Ya’qub Alaihis Salam, akhirnya bisa bertemu dengan anak kesayangannya yang sejak usia belum baligh sudah berpisah itu.
Kesabaran Yusuf dalam menghadapi ketidaksukaan saudara-saudaranya lain ibu, dan kesabaran Yusuf menghadapi fitnah yang dilontarkan istri seorang pembesar Mesir, patut menjadi renungan bersama. Kesabaran itulah yang membuat Yusuf diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai menjadi seorang pembesar di Mesir.
Adapun dakwah Nabi Yusuf Alaihis Salam dituturkan oleh al-Qur’an dalam satu surah, yaitu surah Yusuf/12. Pembahasannya terbagi atas 6 bagian: surah Yusuf/12: 1-6; surah Yusuf/12: 7-22; surah Yusuf/12: 23-35; surah Yusuf/12: 36-57; surah Yusuf/12: 58-77; dan surah Yusuf/12: 78-101. (HMJ)