Nama lengkapnya adalah Musa bin Imran bin Qahits bin Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim Alaihis Salam. Musa keturunan Nabi Ibrahim Alaihis Salam dari jalur nabi Ishak. Tongkat kayu jadi ular dan mampu membelah lautan.
Adalah Nabi Ya’qub Alaihis Salam atau Israil, putra Nabi Ishak Alaihis Salam, setelah berjumpa kembali dengan putranya, Yusuf Alaihis Salam, tinggal di Mesir. Ketika Ya’qub wafat, jasadnya dikebumikan di kampong halamannya, Palestina.
Adapun anak-anak Ya’qub Alaihis Salam lebih memilih tinggal di Mesir. Pertimbangannya, Mesir lebih menjanjikan, selain karena ada Yusuf Alaihis Salam sebagai seorang pembesar di Mesir, juga iklimnya yang dirasa cocok untuk mereka. Anak-anak Ya’qub lalu menikah dengan penduduk asli Mesir dan beranak-pinak di sana. Dalam perkembangannya, anak turun Israil ini berhasil secara ekonomi dan menjadi salah satu suku bangsa yang terpandang di Mesir.
Ketika Yusuf Alaihis Salam menjadi seorang pembesar di Mesir, ia mendakwahkan keyakinan masyarakatnya untuk bertauhid (Meng-Esakan Allah Subhanahu wa Ta’ala), menjadikan semua suku bangsa yang ada setara di hadapan hukum. Tidak demikian ketika Yusuf sudah wafat. Perlahan-lahan ajaran tauhid dikendorkan, dan masyarakat kembali ke sistem Politeisme (kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan) sebagaimana kepercayaan sebelum Yusuf menjadi pembesar di negeri ini.
Saat itulah lahirlah Musa Alaihis Salam, menurut sejarah, Mesir dipimpin seorang raja bernama Fir’aun (Ramses II) yang mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan. Musa pun dibesarkan di keluarga Fir’aun. Kelak, ketika dewasa, Musa inilah, bersama kakaknya,Harun Alaihis Sslam, dikirim oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyadarkan Fir’aun. Tetapi, Fir’aun tidak terima, malah mendatangkan tukang sihir dari seluruh penjuru negeri untuk mengalahkan Musa.
Tukang sihir nomor wahid dari penjuru negeri btersebut dihadapkan kepada Musa Alaihis Salam dan mereka, dengan sihirnya, mengeluarkan ular-ular untuk memangsa Musa. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Tongkat Musa dilemparkan dan menjadi ular besar yang memangsa ular-ular milik para tukang sihir tersebut.
Atas kekalahannya itu, sebagian besar tukang sihir tersebut akhirnya memeluk ajaran Musa Alaihis Salam. Para tukang sihir sadar dan insyaf, lalu mengikuti ajaran tauhid yang didakwahkan oleh Musa. Tetapi tidak demikian dengan Fir’aun. Ia tak mau mengikuti dakwah Musa. Bahkan, Fir’aun lebih keras lagi penentangannya kepada ajaran Musa.
Dan Musa Alaihis Salam akahirnya dikejar oleh Fir’aun sampai menyeberangi lautan. Laut pun, atas izin Allah Ta’ala, dibelah oleh Musa dengan tongkatnya dan menjadi dataran yang datar. Ketika Musa sudah melewatinya, Fir’aun bersama pasukannya ikut menyeberang laut yang saat itu nampak datar. Saat itulah Fir’aun, bersama pasukannya, ditenggelamkan oleh Allah di Laut Merah tersebut.
Kisah Musa penuh petualangan dan heroik. Tangan Musa bagaikan besi. Sekali pukul orang bisa mati karenanya.
Dalam al-Qur’an, kisah dakwah Nabi Musa Alaihis Salam, diabadikan di dalam 20 surah, yaitu: surah Al-Maidah/5: 20-26; surah Al-A’raf/7: 103-126; surah Al-A’raf/7: 127-141; surah Al-A’raf/7: 142-154; surah Al-A’raf/7: 155-158; surah Al-A’raf/7: 159-171; surah Yunus/10: 75-92; surah Ibrahim/15: 5-8; surah Thaha/20: 9-48; surah Thaha/20: 49-82; surah Thaha/20: 83-98; surah Al-Mu’minun/23: 45-49; surah Asy-Syu’ara/26: 10-68; surah An-Naml/27: 7-14; surah Al-Qashash/28: 1-21; surah Al-Qashash/28: 22-42; surah Ghafir/40: 23-46; surah Az-Zukhruf/43: 46-56; surah Ad-Dukhan/44: 18-37; dan surah An-Nazi’at/79: 15-26. (HMJ)