Nabi Dawud Alaihis Salam adalah generasi ke-13 dari keturunan Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Dawud berasal bermukim di Betlehem (Yerusalem) yang juga menjadi kota kelahirannya Nabi Isa Alaihis Salam. Dawud adalah anak turun dari Bani Israil.
Ibnu Katsir menukil dari Muhammad bin Ishak, dari Wahab bin Munabbih, bahwa, “Dawud adalah seorang yang berpostur tubuh pendek, bermata biru, berambut jarang, serta berhati bersih dan jernih.” Ketika masih belia, Dawud Alaihis Salam ikut berperang melawan pasukan Jalut yang waktu itu sangat ditakuti oleh Bani israil. Dawud ikut di barisan Raja Talut yang jumlah pasukannya jauh lebih sedikit dibanding pasukannya Jalut. Meskipun demikian, toh akhirnya Jalut menemui ajalnya ditangan Dawud. Dawud akhirnya diambil mantu oleh Raja Talut. Setelah Talut lengser keprabon dari tahtanya, Dawud ditunjuk sebagai penggantinya.
Allah telah memberi Dawud Alaihis Salam ilmu, fisik yang kuat, dan kepribadian yang luhur. Dawud juga diberi mu’jizat oleh Allah berupa kemampuan melunakkan besi dengan tangannya, lalu ditenunnya menjadi baju dan peralatan untuk perang. Juga diberi ilmu dan kebijaksanaan untuk menghakimi perkara secara bijaksana.
Sepeninggal Dawud Alaihis Salam, kepemimpinan kerajaan dipegang oleh putranya, Sulaiman Alaihis Salam. Seperti Dawud, Sulaiman adalah seorang nabi yang juga raja. Sulaiman juga diberi ilmu, fisik yang kuat, dan kepribadian yang luhur. Sulaiman bisa berkomunikasi tidak hanya dengan manusia, tetapi juga dengan alam sekitarnya, termasuk dengan jin, angin, dan hewan-hewan.
Suatu hari, Sulaiman Alaihis Salam bersama rombonan sedang melakukan perjalanan. Di kejauhan, raja semut memerintahkan komunitas untuk menghindar dan sedapat mungkin masuk ke lubang-lubang tanah agar terhindar dari injakan Sulaiman dan rombongan. Sulaiman yang mendengar perintah dari raja semut itu hanya tersenyum, dan menyuh rombongannya agar berhati-hati, supaya tidak menginjak sarang-sarang semut.
Kemampuannya berdiplomasi membuatnya mampu menaklukkan Raja Balqis dari Yaman tanpa peperangan. Cukup dengan sepucuk surat yang dibawa oleh burung Hud-hud. Balqis dan pengikutnya tunduk dan patuh kepada Sulaiman.
Di masa Nabi Sulaiman Alaihis Salam, Baitul Maqdis di Yerusalem dibangun sebagai tempat beribadah. Di awal Islam, Baitul Maqdis, yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Madinah, pernah menjadi kiblat umat Islam ketika shalat. Lalu Allah memerintahkan Ka’bah menjadi kiblat umat Islam, pada bulan Rajab tahun ke dua Hijriyah, Nabi Muhammad mendapat wahyu untuk memindahkan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.
Ketika wafat, tidak ada seorang pun yang tahu. Sulaiman Alaihis Salam baru diketahui kalau wafat ketika tongkatnya jatuh akibat dimakan rayap. Tubuh Sulaiman pun roboh, karena tongkatnya yang dijadikan penyaggah bandannya tak lagi berdiri.
Dalam al-Qur’an, kisah dakwah Nabi Dawud Alaihis Salam dan Nabi Sulaiman Alaihis Salam, diabadikan di lima surah, yaitu: surah Al-Baqarah/2: 246-252; surah Al-Anbiya’/21: 78-82; surah An-Naml/27: 15-44; surah Saba’/34: 10-14; dan surah Shaad/38: 17-40. (HMJ)