Indonesiainside.id
No Result
View All Result
Sabtu, 2 Juli 2022
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
Indonesiainside.id
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
Home Risalah

Ustadz Tanpa Madzhab

Azhar Azis
Selasa, 30 Maret 2021 23:00 WIB
Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas. Foto: nu.or.id

Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas. Foto: nu.or.id

Bagikan di FacebookBagikan di Twitter

Untuk menjadi tokoh agama yang dijadikan rujukan oleh masyakarat, harus mengerti soal bermadzhab dalam beragama. Bisa menjelaskan dengan rinci soal metodologi dan dasar-dasar bermadzhab. Jika tidak, sebaiknya jadi pendengar saja, jangan ceramah!

Oleh: KH Taufik Damas

Tanya: bolehkah beragama tanpa madzhab? Jawab: tidak boleh. Memang ada orang yang beragama terkesan tidak bermadzhab, tapi sejatinya mereka bermadzhab. Hanya saja mereka tidak mampu menjelaskan ke-bermadzhaban-nya karena tidak pernah ngaji (belajar) secara serius soal rincian ilmiah cara beragama.

Mereka shalat pakai madzhab, puasa pakai madzhab, haji pakai madzhab, dan seterusnya. Ketika ditanya ikut madzhab siapa, mereka tidak bisa menjawab. Inilah yang disebut sebagai orang awam dalam ilmu-ilmu agama. Salahkah mereka? Tidak. Selama menjalankan semua itu untuk diri sendiri, maka mereka tidak bersalah.

Baca Juga:

Membongkar Propaganda Syiah Indonesia (1)

Dari Bandung, Suara Anti-Islamophobia Dikumandangkan!!

Meski demikian, seharusnya setiap muslim tahu dari siapa (imam madzhab) dia mengambil ilmu urusan agamanya; mengikuti madzhab siapa. Muslim model ini adalah sebagian besar. Muslim model begini tidak boleh jadi seperti ustadz, kiai, ulama, atau tokoh agama.

Karena, untuk menjadi tokoh agama yang dijadikan rujukan oleh masyakarat, orang harus mengerti soal bermadzhab dalam beragama. Bisa menjelaskan dengan rinci soal metodologi dan dasar-dasar bermadzhab. Jika tidak, sebaiknya jadi pendengar saja, jangan ceramah. Madzhab dalam Islam dibangun berdasarkan akumulasi pemikiran dari generasi ke generasi.

Dimulai dari guru utamanya, yaitu Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin, tabiit-tabiin, ulama-ulama dan seterusnya, sampai generasi sekarang ini. Jadi tidak bisa Anda beragama kemudian mengaku guru Anda adalah Nabi dan para sahabatnya secara langsung. Apalagi kemudian ceramah ke sana ke mari.

Para ulama sepakat akan pentingnya bermadzhab dalam beragama. Sebagian mereka bahkan menganggap beragama tanpa bermadzhab adalah kemungkaran. Dalam kitab Aqdul Jayyid fi Ahkam al-Ijtihad wa at-Taqlid, hal. 14, Syah Waliyullah ad-Dahlawi al-Hanafi (w. 1176 H.) menyatakan: “Ketahuilah bahwa bermadzhab adalah kebaikan yang besar. Meninggalkan madzhab adalah kerusakan (mafsadah) yang fatal.

Pernyataannya ini didasari oleh beberapa alasan:

Pertama, semua ulama sepakat bahwa untuk mengetahui syariat harus berpegang teguh pada pendapat generasi salaf (Nabi dan sahabat). Tabiin berpegang teguh pada para sahabat. Tabiit-tabiin berpegang teguh pada para tabiin. Demikian seterusnya: setiap generasi (ulama) berpegang teguh pada generasi sebelumnya.

Ini masuk akal, karena syariat tidak bisa diketahui kecuali dengan jalan menukil (naql) dan berpikir menggali hukum (istinbath). Tradisi menukil (naql) tidak bisa dilakukan kecuali satu generasi (ulama) menukil dari generasi sebelumnya (ittishol).

Dalam berpikir mencari keputusan hukum (istinbath) tidak bisa mengabaikan madzhab-madzhab yang sudah ada sebelumya. Ilmu-ilmu seperti nahwu, sharf, dan lain-lain tidak akan bisa dipahami jika tidak memahaminya melalui ahlinya.

Kedua, Rasulullah SAW bersabda, “Ikutilah golongan yang paling besar (as-sawad al-a’zham).” Setelah saya mempelajari berbagai madzhab yang benar, saya menemukan bahwa 4 madzhab adalah golongan yang paling besar. Mengikuti 4 madhzab berarti mengikut golongan paling besar.

Ketiga, karena zaman telah jauh dari masa awal Islam, maka banyak ulama palsu yg terlalu berani berfatwa tanpa didasari kemampuan menggali hukum dengan baik dan benar. Banyak amanat keilmuan yang ditinggalkan oleh mereka, dan mereka berani mengutip pendapat generasi salaf tanpa dipikirkan.

Mereka mengutipnya lebih didasari oleh hawa nafsu belaka. Ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah langsung dirujuk, sementara mereka tidak memiliki otoritas keilmuan untuk istinbath. (Aza)

* Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas, dikutip dari Twitter @TaufikDamas

Tags: Ceramahislammadzhabtanpa madzhabUlamaUstadz
Berita Sebelumnya

Ganjar Klaim Jateng Tak Terdampak Aksi Terorisme: Masyarakat Tenang Semuanya

Berita Selanjutnya

Program Santripreneur di Jateng dan DIY Tetap Jalan

Rekomendasi Berita

Tata Cara dan Bacaan Shalat Jenazah
Headline

Tata Cara dan Bacaan Shalat Jenazah

20 Juni 2022
Hujan Iringi Prosesi Penggantian Kiswah Ka’bah
Headline

6 Keutamaan Haji dan Manfaatnya

20 Juni 2022
Etika Berziarah di Makam Rasulullah Serta Keutamaan Raudha
Risalah

Etika Berziarah di Makam Rasulullah Serta Keutamaan Raudha

20 Juni 2022
halal dan haram
Headline

Tahu Kebatilan, Segera Tinggalkan Semudah Melakukannya

5 Juni 2022
Saya Muslim, Bolehkah Bergaya Hidup Modern?
Headline

Jalan Lurus Mana yang Kita Pinta?

4 Juni 2022
berakhlak mulia
Headline

Pada Akidah yang Benar Ada Akhlak yang Terpuji

4 Juni 2022

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Populer

Membongkar Propaganda Syiah Indonesia (1)

01/07/2022 21:08

Risalah

Tata Cara dan Bacaan Shalat Jenazah
Headline

Tata Cara dan Bacaan Shalat Jenazah

20 Juni 2022
Hujan Iringi Prosesi Penggantian Kiswah Ka’bah
Headline

6 Keutamaan Haji dan Manfaatnya

20 Juni 2022
Etika Berziarah di Makam Rasulullah Serta Keutamaan Raudha
Risalah

Etika Berziarah di Makam Rasulullah Serta Keutamaan Raudha

20 Juni 2022
halal dan haram
Headline

Tahu Kebatilan, Segera Tinggalkan Semudah Melakukannya

5 Juni 2022

Berita Terkini

53.830 Jamaah Haji Tiba di Tanah Suci, 9 Orang Wafat, 151 Sakit

Haji sebagai Kewajiban dan Tiang Agama

01/07/2022 21:47
Fidyah dan Problematikanya

Membongkar Propaganda Syiah Indonesia (1)

01/07/2022 21:08
Nuzulul Quran, Presiden Jokowi: Mewujudkan Negeri yang Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur

Presiden Jokowi Sampaikan Dukacita atas Wafatnya Tjahjo Kumolo

01/07/2022 17:49
Tjahjo Kumolo: 2022, Pemerintah Fokus Rekrut PPPK

Menteri PANRB Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia

01/07/2022 16:42
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Media Monitoring
  • Iklan
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Indonesiainside.id

© 2022 MediatrustPR. All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Humaniora
    • Internasional
    • Nusantara
  • Ekonomi
  • Metropolitan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Tekno
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Serba-serbi
    • Foto
    • Pojok
    • Infografis
    • Videografis
  • Media Monitoring
  • Berita Populer
  • Indeks Berita
  • Download Apps

© 2022 MediatrustPR. All right reserved