Setelah kisah Nabi Zakaria AS di awal surat Maryam, selanjutnya adalah kisah Ibunda Maryam yang dianugerahi anak laki-laki, walaupun tanpa suami.
Rasulullah SAW menyebutkan empat model wanita suci yang patut menjadi teladan khususnya bagi kaum Hawa. Karenanya, mengenal karakter wanita surga tersebut menjadi jalan untuk mendapatkan keistimewaan dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, “Cukup bagimu empat wanita di permukaan bumi ini; Maryam binti Imran, Asiyah (istri Fir’aun), Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad SAW.” (HR at-Tirmidzi, lihat Sunan at-Tirmidzi, hadits no 3878, Abu Isa mengatakan, hasan shahih)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Wanita penghuni surge paling unggul adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah istri Fir’aun.” (HR. Ahmad)
Pada hadits lain disebutkan: “Banyak lelaki yang sempurna. Tetapi tidak ada perempuan yang sempurna kecuali tiga: Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir’aun, dan Khadijah binti Khuwailid. Sementara keutamaan Asiyah atas seluruh perempuan adalah seperti keutamaan tsarid (menu makanan, potongan-potongan kecil roti yang disiram sayur) di antara seluruh jenis makanan.” (HR. al-Bukhari)
Ibunda Maryam adalah putri dari seorang pria bernama Imran yang berasal dari keturunan Nabi Daud AS. Keluarga Imran adalah salah satu di antara Bani Israil yang terkenal baik dan tak bernoda. Dalam surat Ali Imran diceritakan kisah lahirnya Maryam dan ia telah dinazarkan oleh ibunya menjadi pelayan masjid Baitul Maqdis.
“Maka Tuhannya menerima ia (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik.” (QS Ali Imran : 37)
Ibunda Maryam tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan orang-orang yang saleh, ahli ibadah, taqwa, dan diasuh langsung oleh nabi Zakaria, suami bibinya dan yang menjadi sesepuh serta pemimpin rohaniawan yang disegani kaumnya, tempat orang bertanya soal ibadah dan agama.
Lama sebelum Ibunda Maryam didatangi Jibril untuk diberitahukan bahwa dari dalam kandungannya akan lahir Nabi Isa AS, ia telah menunjukkan tanda-tanda kesucian dan kekudusan. Di antaranya, apa yang dialami dan dilihat sendiri oleh Nabi Zakaria.
Setiap kali Nabi Zakaria mendatangi Maryam di mihrabnya di Baitul Maqdis, selalu mendapatkan makanan di depan Maryam. Jika ditanya dari mana makanan itu, Maryam menjawab:
“Datang dari sisi Allah yang memberikan rezeki kepada hamba-Nya jika Dia menghendaki.”
Maryam adalah seorang tokoh wanita salehah yang secara khusus Allah abadikan namanya menjadi nama salah satu surat dalam Al-Qur’an disebabkan keluhuran akhlak dan ketaatnya beribadah, agar menjadi panutan dan contoh abadi para wanita. Maryam hidup di zaman Nabi Zakaria yang tak lain adalah pamannya sendiri.
Keluarganya dari kalangan kaum yang saleh di Nazareth, sebuah tempat sebelah utara Israel. Ayahnya bernama Imran bin Yasim, seorang imam di Masjidil Aqsha, sedang ibunya bernama Hannah binti Yaqudz. Allah Ta’ala mengabadikan kisah ini di dalam Al-Qur’an dalam surat Ali Imrân, Maryam, dan an-Nisã.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (dimasanya).” (QS. Ali Imrân [3]: 33) (Aza)