Setelah sebelumnya membahas arti penting menjalani hidup dengan hamdalah (al-hamdulillah), maka pada tulisan ini akan dibahas : Renungan Al-Fatihah (3): Perbanyak Kasih Sayang!
Pada ayat sebelumnya dikatakan bahwa segala puji hanya Milik Allah semata dan hanya kepada-Nya hakikat pujian diberikan. Mengapa? Karena Allah adalah Rabb Sekalian Alam. Dialah yang mendidik, mengatur, memenuhi kebutuhan dan mengurusi makhluk-Nya.
Selain sifat Rabbul ‘Alamin (Tuhan Semesta Alam), sifat yang tak kalah penting terdapat surah Al-Fatihah ayat 3:
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Dalam tafsir An-Nur (2000, I: 19), Tengku Hasbi Ash-Shiddieqy menjelaskan, “Tuhan yang memiliki sifat rahmat dan melimpahkan rahmat-Nya, serta yang berbuat baik kepada semua makhluk-Nya tanpa batas. Sebagaimana telah dijelaskan, ar-Rahmaan, adalah sifat khusus bagi Allah, tidak boleh digunakan untuk selain Dia. Adapun Ar-Rahiim menyatakan bahwa Tuhanlah yang tetap bersifat rahmat, yang dari rahmatnya lahir kebajikan bagi manusia.”
Demikianlah sifaat Allah Ta’ala yang sangat agung. Kasih-Nya tak terbatas kepada orang mukmin saja. Maka kata sebagian ulama, kata Ar-Rahman (Maha Pengasih) meliputi orang kafir dan mukmin. Misalnya, semua orang tak peduli agamanya apa, diberikan jatah oksigen yang sama. Sedangkan sifat Ar-Rahim, itu kasih sayang khusus yang diperuntukkan bagi orang mukmin.
Buya Mahmud Yunus dalam Tafsir Qur’an Karim (2003: 1) mengingatkan, meski Allah Maha Pengasih dan Penyayang, ingatlah bahwa kelak di akhirat Allah Berkuasa menyiksa atau menindak orang yang tidak menurut kepada-Nya.
Ustadz A. Hassan dalam tafsir Al-Hidayah (hal. 9) mengambil pelajaran penting dari ayat ini: Pertama, dalam bekerja mencari kebutuhan hidup, jangan bengis, kasar dan buas, karena Allah telah mencontohkan Ar-Rahman dan Ar-Rahim-Nya. Kedua, sifat-sifat luhur Allah berupa kasih sayang-Nya agar turut dilakukan dalam pergaulan hidup sehari-hari dengan yang lainnya. Ketiga, jauhkan diri dari sifat bakhil, pemarah. Terapkan kasih dan sayang dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap kali Allah menyebutkan nama atau sifat-Nya, berarti ada pelajaran yang bisa diteladani dalam kehidupan nyata. Maka dalam hadits disebutkan:
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghitungnya (menjaganya) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari, Muslim)
Imam An-Nawawi dalam Syarhul-Muslim (VI: 17) menjelaskan beberapa pengertian ulama mengenai kata ihsha (menghitung) dalam hadits ini, di antaranya: menghitung, menghafal, menjaga dan mengamalkannya. Orang yang bisa melakukan ini akan dimasukkan surga.
Oleh karena itu, ketika membaca nama dan sifat Allah pada surah Al-Fatihah ayat 3 ini, maka perlu diambil pelajaran dan keteladanan. Abdul Aziz bin Nashir dalam buku “Mukhtashar Kitab Walillaahil Asmaaul Husna Fad’uhu Biha” (1436: 21) mengambil beberapa pelajaran penting bagi orang yang mengimani sifat Rahman dan Rahim Allah.
Pertama, mencintai Allah dengan kecintaan yang besar. Kedua, berharap dan bergantung hanya kepada rahmat Allah dan tidak pernah putus asa darinya. Ketiga, menerapkan dan memperbanyak kasih sayang kepada makhluk Allah. Contoh konkret kasih sayang kepada mereka adalah dengan menyampaikan dakwah, membimbing mereka, membantu kesusahan mereka, menjaga kehormatan, membela mereka dan sebagainya yang masih masuk dalam lingkup kasih dan sayang.
Bila diringkas, dari nama dan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, dapat diambil pelajaran penting berupa: kepada Allah, selalu mengharap rahmat, kasih dan sayang-Nya. Sedangkan kepada makhluk: perbanyak kasih sayang! (MBS)