Indonesiainside.id
No Result
View All Result
Senin, 8 Agustus 2022
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
Indonesiainside.id
Home Risalah

Menghayati Kelahiran Nabi Muhammad

MB Setiawan
Sabtu, 23/10/2021 09:00
Menghayati Kelahiran Nabi Muhammad

Menghayati Kelahiran Nabi Muhammad

Bagikan di FacebookBagikan di Twitter

Dari sirah nabawiyah, terdapat banyak nilai luhur yang perlu diteladani. Di antaranya: menghayati kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kondisi dunia begitu bobrok. Dalam riwayat Imam Muslim, ada informasi terkait kondisi seluruh penduduk bumi kala itu:

إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ

“Sesungguhnya Allah melihat penduduk bumi, Dia sangat membenci mereka, baik bangsa Arab maupun non-Arab  kecuali orang-orang dari Ahlul Kitab (yang masih berpegang-teguh dengan agama mereka yang murni)”  Kata “sangat membenci” menunjukkan bahwa perilaku mereka sudah begitu rusak dalam pandangan Allah subhanahu wata’ala.

Baca Juga:

Ternyata, Hotman Paris Hutapea dan Nikita Mirzani Pemilik Saham Holywings!

Presiden Rusia: Menghina Nabi Muhammad Pelanggaran Kebebasan Beragama

Abu Hasan An-Nadawi dalam buku Mâdzâ Khasira al-‘Âlâm bi Inkhithâti al-Muslimîn (1945: 32-91) menjelaskan dengan cukup gamblang kondisi dunia sebelum kelahiran Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam pada saat itu. Kondisi Yahudi, Nashrani, Mesir, Habasyah, India, China, Persia, Romawi, serta Arab pada saat itu begitu rusak parah. Sehingga, kedatangan sosok agung yang bisa membuat perubahan besar sampai pada akar-akarnya begitu mendesak.

Pada puncak kegelapan inilah lahir sosok manusia pilihan yang bakal menjadi Nabi. Al-Qur`an menggambarkan: “untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi” (QS. Al-Ahzab [33]: 46) Sangat indah sekali ungkapan Al-Qur`an. Beliau diibaratkan sebagai sirājan munīrān (cahaya yang menerangi). Pada ayat lain dikatakan: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.” (QS. Al-Ma`idah [5]: 15) Al-Âlûsi dalam tafsirnya Rûh al-Ma’âni (1415: IX/358) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan cahaya dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad SAW.

Uniknya, informasi kelahiran Nabi Muhammad shallallâhu `alaihi wasallam sudah diberitahukan Allah subhanahu wata’ala sejak lama, sebelum kelahirannya. Karenanya, tidak mengherankan jika dalam Surah Ali Imran [3] ayat 81, disebutkan bahwa seluruh nabi disumpah Allah subhanahu wata’ala agar mereka mengimani dan menolong saat berjumpa dengan beliau, meski mereka belum berjumpa. Tidak mengherankan jika dalam kitab-kitab yang masih belum terdistorsi seperti Taurat dan Injil, terdapat berita mengenai hal ini. Bahkan, ketika nabi ditanya oleh Maisarah al-Fajr, “Kapan kamu ditetapkan sebagai nabi?” Beliau pun menjawab, “sedang Adam masih di antara ruh dan jasadnya.” (HR. Ahmad) Artinya, kenabian (otomatis kelahiran) beliau, sudah ditetapkan sejak Nabi Adam ‘alahis salam diciptakan.

Kelahiran beliau ditandai dengan peristiwa-peristiwa besar. Shafiyyur Rahmân Mubârakfûri dalam al-Rahîq al-Makhtûm (1427: 7) mencatat peristiwa-peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW lahir, di antaranya: keluarnya cahaya dari rahim ibu nabi yang menyinari istana-istana Syam; empat belas tiang bangunan Kisra Persia runtuh; padamnya api yang disembah orang majusi; runtuhnya gereja-gereja di sekitar daerah Bahirah. Bahkan –menurut catatan  Muhammad bin Yusuf Shalihi dalam Subul al-Huda wa al-Rasyâd (1414: I/350)- Iblis pun berduka cita saat kelahiran beliau.

Dalam catatan sejarah terbukti, keberadaan beliau di kemudian hari benar-benar menerangi kegelapan manusia yang sedang di ambang kehancuran. Dari sini bisa dikatakan, kelahiran nabi merupakan simbol dimulainya fajar kebangkitan. Kebangkitan manusia dari masa jahiliyah menuju Islam; dari kebatilan menuju yang haq; dari kegelapan menuju cahaya; dari kezaliman menuju keadilan.

Apa yang digariskan Allah ta`âla pun terjadi. Dalam waktu yang relatif singkat, dua puluh tiga tahun –selama menjadi nabi dan rasul-, beliau mampu mengubah penduduk Arab yang sebelumnya masih kaum penyembah pagan, menjadi orang-rang yang beriman. Tak hanya itu, tiga puluh tahun sesudahnya, Islam sudah menyebar luar ke penjuru dunia. Dua peradaban besar Romawi dan Persia pun, tak kuasa menghadapi derasnya cahaya yang melebur kelam, hingga mereka ‘tunduk’ pada agama Islam.

Mengingat besarnya peristiwa hari kelahiran Nabi, maka dalam sejarah muncullah peringatan “Maulid Nabi”. Ada yang mengatakan bahwa maulid pertama kali dirayakan sejak era Dinasti Syi’ah Fathimiyah pada era kepemimpinan Abu Tamim (Mu’iz Li Dinillah). Pendapat lain menyatakan sejak masa Abu Sa’id Mudhzaffar Kukaburi, Gubernur Irbil di wilayah Irak. Ada juga yang berpendapat semenjak zaman Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menggiatkan semangat jihad umat Islam saat menghadapi Perang Salib (Waskito, 2014: 23-24)

Menurut Waskito dalam buku Pro dan Kontra Maulid Nabi (2014: 26) ketiga sumber sejarah itu bisa dikompromikan. Mula-mula perayaan maulid dilakukan di zaman Dinasti Fathimiyah sebagai trik untuk merebut hati umat Islam Sunni. Selanjutnya digunakan Shalahuddin –sebagai pendekatan kultural- untuk menggalakkan semangat jihad. Lalu ditiru oleh sejawatnya, Abu Sa’id Mudzaffar Kukaburi dengan mengundang para ulama, ahli ilmu, ahli tashawuf, dan rakyatnya.

Terlepas dari pro dan kontra mengenainya, ada fakta yang tidak bisa terbantahkan: perayaan maulid ini sudah dijalankan umat Islam selama berabad-abad di hampir seluruh negara muslim dengan tata cara yang berbeda-beda.  Maka kita perlu menghayati kelahiran Nabi Muhammad. Hanya saja, baik bagi yang terbiasa memperingatinya maupun tidak, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari Maulid Nabi.

            Pertama, besyukur kepada Allah yang telah menjadikan Muhammad sebagai nabi teladan umat. Nabi sendiri, dalam suatu hadits (seperti riwayat: Muslim dan Tirmidzi) bersyukur atas hari kelahirannya dengan puasa Senin-Kamis.

Kedua, tak hanya berhenti pada peringatan simbolis dan formalitas belaka. Ketiga, menghayati sejarahnya secara mendalam, sehingga nilai-nilai dalam kehidupan beliau bisa diambil dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaannya sekarang ialah: “Dalam momentum perayaan maulid, sudahkah kita menghayati kelahiran Nabi Muhammad?” yang oleh sastrawan masyhur Jerman, Johann Wolfgang Goethe digambarkan: “Aku meneliti teladan ideal bagi manusia dalam sejarah, lalu aku temukan teladan ideal itu pada Nabi Muhammad” (al-Rahmah fī Hayāti al-Rasūl, Rāghib al-Sirjāni, hal. 421). (MBS)

 

Tags: Kelahiran Nabi MuhammadMenghayati Kelahiran Nabi MuhammadNabi Muhammad
Berita Sebelumnya

Menag: Saya Ingin Santri Bukan Hanya Pantas Pakai Sarung

Berita Selanjutnya

Curah Hujan Meningkat, BMKG Ingatkan Waspada La-Nina

Rekomendasi Berita

Perempuan Haidh, Bisakah Mendapat Lailatul Qadar?
Headline

9 Buah Cinta kepada Allah: Ridha pada Ketetapan-Nya (1)

07/08/2022
India Kembali Buka Masjid
Headline

3 Pilar Ibadah: Cinta, Pengharapan, dan Takut

07/08/2022
muharram
Headline

Puasa Tasu’a dan ‘Asyura pada Ahad dan Senin

06/08/2022
3 Tingkat Dibolehkan dalam Membaca Qur’an, 2 Kesalahan Bacaan yang Dilarang
Headline

Homoseks: Perbuatan Keji dan Dosa Besar

13/07/2022
Apakah Haji Mabrur Itu?
Headline

Apakah Haji Mabrur Itu?

11/07/2022
Heat Stroke Masih Jadi Ancaman Jamaah Calon Haji Jelang Ibadah Puncak
Risalah

Hari Arafah Hari Allah, Paling Agung, Diberkahi dan Inilah 16 Keutamaannya

08/07/2022

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Populer

Fikih Niat Menurut KH. Lanre Said

07/08/2022 13:16

Kembangkan Sekolah Sepak Bola, Bupati Zaki Bangun 28 Stadion Mini

07/08/2022 17:03

Risalah

Perempuan Haidh, Bisakah Mendapat Lailatul Qadar?
Headline

9 Buah Cinta kepada Allah: Ridha pada Ketetapan-Nya (1)

07/08/2022
India Kembali Buka Masjid
Headline

3 Pilar Ibadah: Cinta, Pengharapan, dan Takut

07/08/2022
muharram
Headline

Puasa Tasu’a dan ‘Asyura pada Ahad dan Senin

06/08/2022
3 Tingkat Dibolehkan dalam Membaca Qur’an, 2 Kesalahan Bacaan yang Dilarang
Headline

Homoseks: Perbuatan Keji dan Dosa Besar

13/07/2022

Berita Terkini

Perempuan Haidh, Bisakah Mendapat Lailatul Qadar?

9 Buah Cinta kepada Allah: Ridha pada Ketetapan-Nya (1)

07/08/2022 21:44
Kembangkan Sekolah Sepak Bola, Bupati Zaki Bangun 28 Stadion Mini

Kembangkan Sekolah Sepak Bola, Bupati Zaki Bangun 28 Stadion Mini

07/08/2022 17:03
Sekda, Dirjen Bina Marga dan Warga Bersepeda Santai di Jalan Tol Serpong

Sekda, Dirjen Bina Marga dan Warga Bersepeda Santai di Jalan Tol Serpong

07/08/2022 15:03
India Kembali Buka Masjid

3 Pilar Ibadah: Cinta, Pengharapan, dan Takut

07/08/2022 14:54
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Media Monitoring
  • Iklan
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Indonesiainside.id

© 2022 MediatrustPR. All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Humaniora
    • Internasional
    • Nusantara
  • Ekonomi
  • Metropolitan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Tekno
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Serba-serbi
    • Foto
    • Pojok
    • Infografis
    • Videografis
  • Media Monitoring
  • Berita Populer
  • Indeks Berita
  • Download Apps

© 2022 MediatrustPR. All right reserved