Berbicara mengenai A. Hassan dan tafsir Al-Qur`an, maka tidak bisa dilepas dari ketiga karya beliau dalam bidang ini: Pertama, Tafsir Al-Furqan (lengkap 30 juz). Kedua, Tafsir Al-Hidayah (juz Ammah). Ketiga, Tafsir Surah Yasin. Permbahasan pertama akan difokuskan pada: Tafsir A. Hassan (1): Al-Furqan.
Judul Arab dari tafsir A. Hassan (1) adalah Al-Furqaan fii Tafsiir Al-Qur`an. Menurut keterangan dalam pendahuluan tafsir Al-Furqan yang dicetak Toko Kitab Salim Nabhan tahun 1956, diterangkan bahwa tafsir Al-Furqan pertama kali diterbitkan pada bulan juli 1928.
Awalnya diterbitkan tidak langsung 30 juz. Hingga tahun 1941, penerbitan hanya sampai pada surah Maryam. Kemudian pada tahun 1953, ketika bertemu dengan Sa’ad Nabhan, A. Hassan diminta untuk menulis secara lengkap 30 juz dan ia siap untuk menerbitkanna secara uuh.
A.Qadir, putra pertama A. Hassan, dalam majalah Al-Muslimun No. 83 (Thn. VII, 1977), ketika ditanya mengenai penerbitan tafsir Al-Furqan, maka beliau menjawab bahwa penerbitan Tafsir Al-Furqan dimulai pada bulan Juli, tahun 1928. Model cara penafsirannya dengan mengemukakan satu ayat, kemudian arti kosa kata, tafsir ringkas dan keterangan. Inilah tadi yang dikatakan terbit sampai Surah Maryam.
Kemudian, pada tahun 1956, diadakan perubahan atau revisi pola atau metodenya sebagaimana yang beredar sekarang terbit 30 juz yang tadi dikatakan diterbitkan oleh Saad Nabhan. Dari penerbitan awal hingga sekarang, sudah diterbitkan oleh berbagai penerbit misalnya, penerbit: Yayasan Persis, Saad Nabhan Surabaya, Pusrah Angkatan Darat, Penerbit Persatuan Islam Bangil, Al-Ikhwan Surabaya, bahkan ada yang diterbitkan di Malasysia dengan huruf Arab pegon atau Melayu.
Tafsir 30 juz ini berisi pendahuluan, yang di dalamnya ada keterangan singkat sejarah penulisan tafsir dan kemudian berkaian dengan pendahuluan terkait Al-Qur`an, seperti: cara menyalin, tekanan arti, ejaan, sejarah turunnya Al-Qur`an dan seterusnya. Dilengkapi pula dengan kamus untuku memahami beberapa kata dalam Al-Qur`an sehingga memudahkan pembaca untuk memahami kosa kata Al-Qur`an.
Kemudian, ada tambahan dari A. Qadir Hassan bab “Petunjuk” untuk memudahkan mencari soal dalam Al-Qur’an. Ditulis berdasarkan abjad dan disebutkan juga surah berikut ayatnya. Awalnya dimulai dari kata “Adil” dan diakhiri dengan kata “Zhalim”. Di dalamnya juga disebutkan nama surah beserta halamannya sesuai abjad. Kemudian disusul dengan nama surah dan ayat secara berurutan.
Setelah itu, baru dimulai penafsiran dari surah Al-Fatihah. Posisi teks Al-Qur`an diletakkan sebelah kanan. Sedangkan tafsir ringkasnya langsung berjejer sebelah kiri. Kemudian, kalau ada keterangan ditulis dalam catatan kaki bagian bawah. Tafsir ini terdiri dari 4547 keterangan.
Di antara yang khas dari tafsir ini, selain keringkasan dan kejelasan makna, di dalamnya juga ada sisi lain yang menarik: huruf-huruf qasam (sumpah) yang oleh kebanyakan diartikan: demi, oleh A. Hassan diartikan: perhatikanlah! Menurut beliau, sumpah Allah kepada makhluk-Nya itu ditujukan untuk menarik perhatian. Karena itulah, A. Hassan mengartikan huruf sumpah dengan arti: Perhatikanlah! Kalau Allah berfirman, “Demi Qalam (pena)!” Maka maksudnya : Perhatikanlah qalam!
Selain itu, biasanya di tafsir lain, huruf-huruf muqatta’ah seperti: Alif Lam Mim, Ha Mim, Tha Sin Mim dan seterusnya ditafsiri dengan Allah yang lebih tahu. A. Hassan juga mengemukakan beberapa pendapat dari huruf potongan tersebut dan juga alternatif makna lain dari huruf itu yang disarikan dari ulama. Misalnya, kata “Alif Lam Mim” artinya Alif: Aku (Ana); Lam (Allah); Mim (A’lam/Lebih Mengetahui), dan seterusnya.
Tafsir Al-Furqan mendapatkan cukup banyak apresiasi. Mohamad Roem ketika menyampaikan pidato dalam Pesantren Persatuan Islam Bangil yang dimuat dalam Al-Muslimun No. 67, menyebutkan bahwa A. Hassan, Natsir, Sabirin dan tokoh Persis lainnya sudah memelopori penulisan persoalan dengan bahasa Indonesia. Al-Furqan sendiri, ditulis empat bulan sebelum Sumpah Pemuda. Artinya, A. Hassan dengan tafsirnya turut berperan penting dalam memelopori bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan untuk menulis.
Howard M. Federspiel dalam buku “Kajian Al-Qur’an di Indonesia” (1996: 40) menyebutkan bahwa karya A. Hassan dan yang sejenis, telah merumuskan sistem literasi untuk memperkirakan pelafalan bahasa Arab ke dalam tulisan bahasa Indonesia yang membantu dalam penerjemahan Al-Qur`an.
Tak hanya itu, karya tafsir Al-Furqan –dan yang semasa dengannya seperti karya Mahmud Yunus dan Surin—memperlihatkan kepiawaian teknis dan memberikan sumbangan penting terhadap khazanah keilmuan yang sedang lesu pada tahun-tahun itu (1920-an dan 1930-an) Tokoh seperti Buya Hamka, H.B. Jassin juga menjadikan tafsir Al-Furqan sebagai rujukan dalam tafsir dan terjemahannya.
Pada beberapa kajian tadabbur tiap malam secara online dalam program 3Mqu di channel youtube AQL Islamic Center, sering kali Ustadz Bachtiar Nasir dan Ustadz Deden Mahyaruddin memuji bagaimana kedahsyatan karya tafsir anggitan ulama nusantara seperti: Hasbi Ash-Shiddieqy, Mahmud Yunus, Buya Hamka dan termasuk A. Hassan dengan tafsir Al-Furqan-nya.
Inilah pembahasan singkat tentang Tafsir A. Hassan (1): Al-Furqan. Semoga umat lebih bisa menggali lebih dalam khazanah tafsir ulama nusantara. Tulisan selanjutnya akan membahas tafsir Al-Hidayah karya A. Hassan. (MBS)