Setelah tafsir Al-Furqan karya A. Hassan, selanjutnya yang akan dibahas adalah : Tafsir A. Hassan (2): Al-Hidayah.
Menurut catatan Syafiq Mughni dalam buku “Hassan Bandung Pemikir Islam Radikal” (1980: 128), tafsir ini diterbitkan pada tahun 1949. Demikian juga dalam buku “Riwayat Hidup A. Hassan” (1980: 167) karya Tamar Djaja, tafsir Al-Hidayah diterbitkan pada tahun 1949.
Ternyata setelah dicek lebih dalam, terbitnya tafsir Al-Hidayah Juz Amma, sebelum tahun itu dan terbitnya tidak satu jilid sekaligus.
Data ini didapat dari skripsi Muhammad Ghufron yang berjudul “Konstruksi Pemikiran Kalam A. Hassan dalam Tafsir Al-Hidayah (Juz ‘Amma)” (2019: 7). Dijelaskan bahwa pertama kali terbit, buku Al-Hidayah terdiri dari 4 juz.
Juz pertama terbit pada 1 Juni 1935. Juz pertama terdiri dari 11 surah, dari Al-Fatihah, An-Nas hingga Al-Fil. Sedangkan juz kedua, terdiri dari 12 surah. Mulai Al-Humazah sampai surah Adh-Dhuha. Untuk juz kedua terbit pada 4 September 1935.
Adapun jilid ketiga, terdiri dari 8 surah, yaitu: mulai Al-Lail hingga Al-Buruj. Juz ini diterbitkan pada 24 Mei 1939, oleh Persatuan Islam Bandung. Sedangkan juz keempat, terdiri dari 6 surah, yaitu: Al-Insyiqaq sampai An-Naba. Untuk juz ini diterbitkan pada 1 November 1940. Penulis sendiri juga punya koleksi Al-Hidayah edisi utuh dalam satu buku tahun 1980-an yang diterbitkan oleh Pesantren Persatuan Islam Bangil Bagian Pustaka.
Format tafsir Al-Hidayah dimulai dengan nama surah, jumlah ayat (dimulai dengan versi Arab kemudian terjemahan bahasa Indonesia di bawahnya), kemudian statutsnya (Makky atau Madani), lalu disebutkan basmalah berikut terjemahannya. Terjemahan sebelah kanan dan redaksi Arabnya sebelah kiri, sebagaimana dalam Al-Furqan.
Setelah, disebutkan ayat yang dikaji sebelah kanan dan terjemah sebelah kiri. Kadang-kadang yang diterangkan hanya perayat (sebagaimana surah Al-Fatihah), di lain tempat ada yang dibahas langsung tiga ayat. Setelah ayat dan terjemah, baru kemudian di bawahnya ada penjelasannya yang biasa diberi tajuk “Keterangan” dan di bawahnya lagi ada “Pelajaran yang bisa diambil dari ayat yang dikaji.”
Apa perbedaan tafsir Al-Hidayah dengan Al-Furqan? Kalau dari sisi terjemahan, sama dengan Al-Furqan. Hanya saja, yang membedakan adalah di antaranya: Pertama, kalau di Al-Hidayah ada bab keterangan dan pelajaran yang diambil dari ayat, tapi di Al-Furqan tidak ada. Kedua, keterangan di Al-Furqan adalah dalam catatan kaki, sedangkan dalam al-Hidayah tidak ada catatan kaki. Ketiga, dalam tafsir Al-Hidayah pendahuluannya singkat. Namun, dalam Al-Furqan ada cukup banyak pendahuluan mengenai Al-Qur’an dan yang terkait dengannya. Baru kemudian dimulai tafsirnya.
Sebagai contoh dari tafsir Al-Hidayah, berikut akan penulis cantumkan tafsir Al-Ashr ayat 1:
سورة العَصْرِ
ثلاث ايات مكية
SURAH AL-‘ASHR
TIGA AYAT-TURUN DI MAKKAH
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah, Pemurah, Penyayang.
وَالْعَصْرِ
“Perhatikanlah masa!”
Keterangan:
Masa itu zaman yang sudah dan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Kejahatan dan kebaikan yang akan datang. Kejahatan dan kebaikan yang dikerjakan oleh manusia, dikandung oleh masa. Jadi, masa itu tempat penyimpan keterangan amal manusia.
Kalau seorang bersumpah dengan nama Allah atas suatu perkataan atau perbuatan, maka masksudnya bahwa ia benar di dalam hal itu, dan ia beri’ikad bahwa jika ia salah aau dusta, Allah akan menyiksa dia.
Begitulah keterangan sumpah makhluk dengan nama Tuhan.
Adapun sumpah Tuhan demgam nama makhlukNya, berarti Allah mementingkan urusan itu supaya difikirkan dan diperhatikan oleh makhlukNya yang lain.
Karena itulah kami artikan “Wal-‘ashri” dengan perkataan “Perhatikanlah masa”, walaupun menurut asalnya perlu diartikan “Demi masa”.
Pelajaran yang kita dapat ambil:
Oleh sebab masa begitu berharga dan penting, maka Allah menyuruh kita memperhatikanna. Memperhatikan masa itu tidak lain hanya menjaga jangan sampai luput satu saat dengan tidak kita kerjakan kebaikan padanya, atau sekurang-kurangnya kita kerjakan kewajiban kita; dan hendaklah kita jaga jangan ada satu saat pun melalui kita dengan membawa amal kita yang jahat (Selesai Nukilan)
Sesuai dengan namanya Al-Hidayah, tafsir juz ‘Amma ini dimaksudkan untuk memberi keterangan yang jelas sekaligus hidayah yang bisa diambil dari ayat. Kemudian juga amal praktis yang bisa dilakukan sesuai dengan hidayah ayat yang ditafsirkan. Inilah beberapa penjelasan mengenai “Tafsir A. Hassan (2): Al-Hidayah”. Tulisan selanjutnya akan membahas tafsir Surah Yasin karya A. Hassan. (MBS)