Di antara perbuatan terpuji dalam Islam yang dianjurkan Nabi adalah silaturahim atau menyambung tali silaturahmi. Pada tulisan ini akan disebut 3 keutamaan silaturahim.
Pertama dan kedua, silaturahim bisa meluaskan rezeki dan memperpanjang usia. Terkait hal ini Nabi bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa ingin dibentangkan pintu rizki untuknya dan dipanjangkan ajalnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi.” (HR. Bukhari)
Dalam redaksi Ahmad disebutkan:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُعَظِّمَ اللهُ رِزْقَهُ، وَأَنْ يَمُدَّ فِي أَجَلِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa berkehendak agar Allah meluaskan rizkinya dan memanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad)
Apa yang dimaksud dengan meluaskan rezeki dan memanjangkan umur? Dalam buku “Umdatul-Qaari” dijelaskan bahwa yang dimaksud ajal diakhirkan atau umur dipanjangkan adalah umurnya akan ditambah berkahnya sehingga ia mudah berbuat taat kepada Allah.
Masih dalam kategori maknanya, misalnya ada orang yang meninggal di usia 40, 50 atau 60 tahun, tapi karena saat hidupnya rajin silaturahim, maka namanya akan senantiasa harum dan diingat dan ini adalah berkah silaturahim.
Bisa juga maknanya sesuai hakikat. Maknanya, Allah akan memanjangkan umurnya. Ketika ada orang yang usianya 60, kemudian karena rajin silaturahim maka dipanjangkan menjadi 70 tahun. Demikian pula rezekinya. Oleh Allah akan ditambah, berkembang dan penuh berkah.
Dalam kondisi pandemi seperti saat ini, silaturahim yang biasanya secara langsung atau offline bisa dilakukan dengan cara online melalui media sosial atau perangkat lainnya sehingga bisa tetap tersambung. Walaupun memang, normal dan idealnya, kalau tidak ada halangan, lebih baik dilakukan secara langsung.
Ketiga, menyambung silaturahim adalah indikator keimanan seseorang kepada Allah dan Hari Akhir (Akhirat). Nabi bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits ini secara jelas disebutkan bahwa salah satu indikator keimanan seseorang kepada Allah dan Hari Akhir adalah seberapa besar komitmennya dalam menyambung silaturahim. Dalam kitab “Mirqaat Al-Mafaatih” dijelaskan bahwa hadits ini mengisyaratkan bahwa yang memutus silaturahim seolah-olah tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir, karena dia tidak takut betapa beratnya konsekuensi yang bakal dihadapi bagi yang memutus silarurahim.
Itulah di antara keutamaan menjaga silaturahim: (1) Memanjangkan usia (2) Meluaskan rezeki (3) Indikator keimanan seseorang kepada Allah dan Hari Akhir. Semoaga kita masuk bagian orang yang menjaga silaturahim. (MBS)